Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksyy mengatakan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) bahwa Rusia harus diadili atas dugaan melakukan kejahatan perang.
Sementara itu, negara-negara Barat mempersiapkan serangkaian sanksi tambahan untuk dijatuhkan pada Rusia, termasuk dengan memberlakukan larangan melakukan investasi baru di negara itu.
Zelenskyy mempertanyakan kegunaan DK-PBB, yang belum bisa mengambil tindakan apa pun atas invasi Rusia pada 24 Februari ke Ukraina.
Di dewan tersebut, Rusia memiliki veto (hak membatalkan).
Empat negara lain punya hak yang sama dengan Rusia, yaitu Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan China.
“Kita berhadapan dengan sebuah negara yang menggunakan veto di Dewan Keamanan menjadi hak untuk (menyebabkan) kematian,” kata Zelenskyy, Selasa (5/4).
“Rusia ingin menjadikan Ukraina sebagai budak bisu,” ujarnya.
Ia berbicara kepada DK-PBB melalui siaran langsung video dari ibu kota Ukraina, Kiev.
Pada kesempatan itu, Zelenskyy juga meminta agar reformasi dilakukan terhadap badan dunia tersebut.
Saat menanggapi pernyataan Zelenskyy, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan kepada DK-PBB bahwa pasukan Rusia tidak membidik kalangan sipil.
Nebenzia menyebut tuduhan bahwa Moskow melakukan kekerasan sebagai kebohongan.
Pemerintah Rusia di Moskow sebelumnya mengatakan bahwa serangkaian kematian di Bucha, Ukraina, merupakan “pemalsuan mengerikan” yang dilakukan Barat untuk menyudutkan Rusia.
Saat invasi Rusia ke Ukraina memasuki pekan keenam, Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya pada Rabu akan kembali mengambil tindakan untuk semakin mengucilkan ekonomi Rusia.
Mereka antara lain akan memperketat pembatasan pada lembaga-lembaga keuangan serta perusahaan milik negara Rusia, juga menargetkan kalangan pejabat pemerintah beserta keluarga mereka, menurut seorang sumber yang tahu rencana tersebut.
Usulan yang diajukan pimpinan Uni Eropa menyangkut peningkatan sanksi tersebut akan termasuk larangan impor batu bara dari Rusia.
Peningkatan sanksi itu merupakan tindakan Barat atas penemuan jasad warga sipil, yang ditembaki dari jarak dekat di Bucha, kota di Ukraina bagian utara yang direbut kembali dari pasukan Rusia.
Sekitar 150 hingga 300 jenazah kemungkinan akan dimakamkan secara massal melalui pengaturan oleh sebuah gereja di Bucha, kata anggota penyelidik HAM Ukraina, Lyudmyla Denisova, Selasa.