JAVAFX – Berita forex di hari Jumat(6/10/2017), yen tetap melemah pergerakannya pada perdagangan siang ini yang merupakan titik lanjutan semalam yang dipengaruhi membaiknya data klaim pengangguran AS sehingga mengingatkan akan tidak buruknya data tenaga kerja AS nanti malam.
Disaat pasar keuangan China, dan dolar AS alias greenback memberikan tekanan sesaatnya sehingga membuat mata uang utama Asia seperti yen dan dolar Australia melemah. Situasi tersebut membuat untuk sementara USDJPY untuk bergerak menguat di level 112,96, AUDUSD untuk sementara bergerak melemah di level 0,7755, USDCNY untuk sementara bergerak menguat di level 6,6565.
Tadi pagi, keluar serentetan data ekonomi dari Australia dan Jepang yang mewakili laju dari pertumbuhan ekonominya atau PDB. Data indeks aktivitas konstruksi nasional di Australia mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya sehingga mengindikasikan daya dorong pembangunan di Australia sedang melamban. Begitu pula dengan data rata-rata pendapatan tunai Jepang juga mengalami kenaikan, namun investor tidak mau mengoleksi yen karena faktor politik mendorong investor enggan melakukan investasinya di Jepang.
Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa yen cenderung bergerak tertekan di saat-saat penyelenggaraan pemilu di bulan ini, dimana Goldman Sachs beberapa hari lalu berharap kepada gubernur Tokyo Yuriko Koike dapat mengalahkan Shinzo Abe menjadi perdana menteri yang baru agar ada perubahan pemerintahan Jepang sehingga yen bisa kembali menguat.
Seperti kita ketahui pula bahwa panasnya situasi Korea Utara bulan lalu, membuat PM Shinzo Abe harus mempercepat pemilu Jepang di bulan ini, dimana PM Shinzo Abe harus menyiapkan pemerintahan baru harus dipersiapkan serta ekonominya yang lebih kokoh dalam menghadapi ancaman perang AS-Korea tersebut. Pelemahan sesaat yen sendiri masih dikategorikan normal-normal saja dengan tetap bertahan di atas level ¥109 dan dikisaran level ¥113.
Hal lain yang patut dilirik adalah jelang data nonfarm payroll AS yang akan rilis nanti malam. Sepertinya akan memburuk, namun situasi memburuknya data tenaga kerja AS ini bersifat sementara, sehingga pasar melihat bahwa jikalau memang turun banyak data tenaga kerja tersebut, awal pekan depan perdagangan akan kembali menyorot dolar AS jelang reformasi pajak.
Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: International Business Times