JAVAFX – Berita forex di hari Selasa(1/8/2017),
Yen terus wujudkan kekokohannya pada perdagangan Selasa siang ini didukung oleh data aktifitas manufaktur Jepang yang mengalami ekspansi dan situasi ekonomi AS yang terus menjadi tanda tanya kelangsungannya.
Sejak awal pekan lalu, yen membuat tekanan yang cukup hebat terhadap dolar AS setelah data di pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan upah serta aktivitas manufaktur AS kurang menyemangati perbaikan ekonomi negeri Paman Sam.
Akibatnya, pasar berubah fokus dengan menyoroti hasil FOMC meeting bulan Juli kemarin, yang mana kala itu membuat investor segera melepas portfolio dolarnya dan beralih ke segala mata uang dunia lainnya termasuk yen.
USDJPY untuk sementara berada di level 110,14, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,8025, USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7218.
Kondisi mata uang AS, greenback sendiri dalam beberapa pekan ini sebetulnya masih mengalami tekanan yang cukup besar dimana sejak awal tahun dolar AS telah mengalami tekanan dari yen hampir 6%.
Situasi menurunnya perekonomian AS merupakan salah satu sebab IMF menurunkan target pertumbuhan AS, serta memberikan masukan ke pasar bahwa situasi politik di AS yang cenderung tidak stabil membuat situasi agenda ekonomi Trump semakin tidak pasti.
Faktor lain yang juga memacu kekhawatiran pasar adalah gagalnya persetujuan RUU Kesehatan yang baru sehingga membuat beberapa staf dari Trump harus dipecat.
Pemecatan ini membuat agenda-agenda ekonomi Trump selanjutnya seperti reformasi pajak dan pembangunan infrastruktur akan dipertanyakan.
Dan hasil rapat suku bunga the Fed terakhir, bank sentral AS tersebut akan memperbaiki situasi neracanya sehingga berdampak bagi greenback harus melemah hingga lelang obligasi the Fed yang rencananya dimulai sekitar September dengan nilai $10 milyar perbulannya dan selanjutnya $50 milyar per 3 bulan, seakan mengisyaratkan bahwa perbaikan defisit neraca akan menjadi fokus the Fed dalam jangka pendek dan mengharuskan dolar AS direndahkan nilainya sekaligus menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang masih rendah.
Namun, sejauh ini pula kondisi yen sendiri tidak bergerak terlalu besar dalam beberapa bulan terakhir, hanya berkisar di level 109 hingga 112 per dolarnya karena dari pihak Jepang sendiri berkeyakinan bahwa level penantian arah bagi mata uangnya bila kondisi politik dan ekonomi Jepang dan AS sudah menemukan titik pemecahan masalah di sektor perdagangan kedua belah pihak.
Hasil dari data Jepang tadi pagi pun harusnya yen menguat kencang, akan tetapi BoJ menahan agar tidak terlalu menguat mata uangnya karena bisa mencederai sektor ekspor di negeri Sakura.
Dilaporkan bahwa data manufacturing PMI Jepang mengalami penurunan sedikit di periode kali ini yaitu tumbuh 51,1% atau lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 51,2%.
Hal ini menandakan bahwa aktivitas pabrikan di Jepang masih mengalami pertumbuhan yang ekspansif sehingga diharapkan terdapat bantuan kenaikan inflasi ketika pendapatan dan belanja konsumen seiring sejalan.
Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: Wall Street Journal