JAVAFX – Yen Terus Melemah Jelang bank sentral Jepang tentukan kebijakan baru perdagangan pasar uang Asia Pasifik hingga jelang siang hari ini, di mana kondisi ini merupakan perwujudan dari kondisi sebelumnya dengan keinginan pasar yang masih ingin menguatkan mata uang AS.
Melihat pada perdagangan sebelumnya, pergerakan dolar AS memberikan tekanannya kepada mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup melemah di level 1,1372, GBPUSD ditutup melemah di level 1,2795, AUDUSD ditutup melemah di level 0,7053 dan USDJPY ditutup menguat di level 112,36.
Dan untuk sementara di siang ini, EURUSD bergerak di level 1,1410, GBPUSD bergerak di level 1,2887, AUDUSD di level 0,7099 dan yen di level 112,09.
Kondisi yen serang melemah terhadap dolar AS setelah gejolak perang dagang sedikit mereda pasca Kanada sepakati dagang dengan AS dan revisi anggaran belanja Italia membuat aksi safe haven dolar menggelora. Namun, yen terus menguat terhadap dolar karena efek buruknya kinerja saham dunia dalam beberapa pekan terakhir sehingga aksi safe haven cukup marak terjadi, apalagi jika bursa saham mengalami koreksi hebat saat itu.
Pernyataan ketua the Fed Jerome Powell bahwa suku bunga Fed bisa naik karena ekonomi AS sangat kuat, kondisi ini makin memantapkan keinginan investor untuk memiliki aset berlatar belakang asal AS waktu itu. Semalam, keinginan tersebut mulai diingatkan kembali ke pasar dengan hasil inflasi AS terbaru dimana ada kenaikan tingkat inflasi bulan lalu disana.
Yen sempat melemah dan menyentuh level terlemahnya sejak 2011 atau sesaat seperti gempa Jepang 2011. Kondisi ini makin memperburuk citra pemerintahan PM Abe, namun lambat laun kembali pulih dengan terus setelah pasar saham dunia terus mengalami guncangan akibat perang dagang dan suku bunga Fed yang tinggi.
Situasi kepanikan di pasar saham membuat aksi melepas dolar cukup besar terjadi sehingga dolar sendiri mengalami koreksi. Namun seiring kembali membaiknya pasar saham dunia, disitulah buyback dolar kembali muncul dimana fungsi dolar sebagai mata uang paling aman berfungsi lagi.
Masih gagalnya perundingan Brexit masih menjadi penekan pound untuk sulit bangkit. PM May belum mendapatkan kepastian masa depannya di Inggris, membuat pandangan ekonomi masa depan Inggris juga suram, sesuram Brexit.
Faktor kinerja industri yang turun di zona euro juga sedikit menghambat pulihnya euro yang memang ditambah lagi tidak maunya Angela Merkel menjadi pemimpin Jerman selanjutnya sehingga krisis pemimpin di zona euro sedang terjadi. Zona euro butuh tokoh seperti Merkel untuk mempersatukan keutuhan Uni Eropa yang mulai tercerai berai sejak krisis Yunani muncul tahun lalu.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi