JAVAFX – Berita forex pada hari Senin(31/7/2017),
Yen tertahan penguatannya pada perdagangan jelang siang awal pekan ini didukung oleh membaiknya data pertumbuhan industri Jepang di periode lalu.
Akhir pekan lalu yen sebetulnya membuat tekanan yang cukup hebat terhadap dolar AS setelah data di pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan upah AS kurang menyemangati perbaikan ekonominya, sehingga pasar sejenak untuk menengok hasil FOMC meeting pada pekan lalu yang membuat investor segera melepas portfolio dolarnya dan beralih ke segala mata uang dunia lainnya kala itu, termasuk yen.
USDJPY untuk sementara berada di level 110,55, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7977, USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7312.
Kondisi mata uang AS, greenback sendiri dalam beberapa pekan ini sebetulnya masih mengalami tekanan yang cukup besar dimana sejak awal tahun 2017 dolar AS telah mengalami tekanan dari yen sebesar 5,4%.
Situasi menurunnya perekonomian AS merupakan salah satu sebab IMF menurunkan target pertumbuhan negeri Paman Sam tersebut beberapa hari lalu.
Selain itu IMF memberikan masukan ke pasar bahwa situasi politik di AS yang cenderung tidak stabil membuat situasi agenda ekonomi Trump juga makin dipertanyakan lebih lanjutnya, apalagi RUU Kesehatan yang haru juga tidak lolos akhir pekan lalu sehingga agenda-agenda ekonomi Trump selanjutnya seperti reformasi pajak dan pembangunan infrastruktur makin dipertanyakan.
Dan hasil FOMC meeting dimana the Fed akan segera memperbaiki situasi neracanya membawa dampak bahwa greenback harus melemah hingga lelang obligasi the Fed yang rencananya dimulai sekitar September dengan nilai $10 milyar perbulannya dan selanjutnya $50 milyar per 3 bulan, seakan mengisyaratkan bahwa perbaikan defisit neraca akan menjadi fokus the Fed dalam jangka pendek dan mengharuskan dolar AS direndahkan nilainya sekaligus menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang masih rendah.
Namun sejauh ini pula kondisi yen sendiri tidak bergerak terlalu besar dalam beberapa bulan terakhir, hanya berkisar di level 109 hingga 112 per dolarnya karena dari pihak Jepang sendiri berkeyakinan bahwa level penantian arah bagi mata uangnya bila kondisi politik dan ekonomi Jepang dan AS sudah menemukan titik pemecahan masalah di sektor perdagangan kedua belah pihak tersebut.
Apalagi BoJ sendiri masih bertahan dengan suku bunga rendahnya, seperti hasil paparan yang kemarin dirilisnya bahwa BoJ memperkirakan bahwa 2020 adalah waktu untuk mengevaluasi suku bunga tersebut.
Semakin lama unsur kenaikan suku bunga Jepang, maka semakin lama juga yen bertahan dari gempuran greenback
Hasil dari data Jepang tadi pagi pun harusnya yen menguat kencang, namun nampaknya BoJ menahan agar tidak terlalu menguat mata uangnya karena bisa mencederai sektor eksporternya.
Dilaporkan bahwa data awal produksi industri Jepang mengalami kenaikan di periode kali ini yaitu tumbuh 1,6% atau lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh hanya minus 3,6%.
Hal ini menandakan bahwa aktivitas pembuatan barang di Jepang sedang mengalami peningkatan sehingga diharapkan terdapatnya bantuan kenaikan inflasi ketika pendapatan dan belanja konsumen seiring sejalan.
Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: Wall Street Journal