JAVAFX – Berita forex di hari Kamis(28/9/2017), yen sulit keluar dari tekanan dolar AS sejak 2 hari perdagangan sebelumnya sampai saat ini dimana hal ini tidak terlepas dari pengaruh ucapan Yellen yang ingin terus menaikkan suku bunganya secara bertahap dan dimajukannya pemilu Jepang serta masalah tax reforms milik Trump.
Sebelumnya, situasi panas akibat akan perangnya Korea Utara vs AS, membuat Shinzo Abe akan membubarkan Majelis Rendah Jepang pada Kamis ini disertai pula dimajukannya pemilu Jepang setahun lebih awal, dimana PM Shinzo Abe harus mempersiapkan pemerintahannya serta ekonominya yang lebih kokoh dalam menghadapi ancaman perang AS-Korea tersebut.
Situasi tersebut membuat untuk sementara USDJPY untuk bergerak menguat di level 112,96, AUDUSD untuk sementara bergerak menguat di level 0,7819, USDCNY untuk sementara bergerak menguat di level 6,6607.
Lemahnya yen sendiri selain redanya Korea, disebabkan juga oleh pernyataan ketua the Fed Janet Yellen di pekan ini yang menganjurkan kenaikan suku bunga AS ini harus tetap terjadwal dan tidak boleh tertunda. Yellen sendiri menegaskan bahwa suku bunga the Fed tetap bisa naik meskipun inflasi ASmasih jauh dari target the Fed 2%.
Yellen sendiri menyatakan bahwa sungguh tidak bijaksana menahan suku bunga rendah ketika inflasi rendah namun pertumbuhan yang tinggi. Inflasi AS saat ini berada di 1,4%, sedangkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 3,0%, sedangkan suku bunga the Fed diantara 1% hingga 1,25%, sehingga ini bisa menimbulkan gejolak pemanasan ekonomi jika suku bunga masih dibawah laju inflasi, demikian ungkap Yellen.
Pelemahan yen sendiri masih dikategorikan normal-normal saja dengan tetap bertahan di atas level ¥109 dan dibawah level ¥113. Tiadanya data ekonomi dari Jepang yang rilis hari ini dengan sendirinya memang tidak bisa membantu yen untuk melawan dolar AS.
Selain itu masalah rencana reformasi pajak AS yang diajukan Presiden Trump ke parlemen sempat juga membuat pasar memihak dolar AS sejak semalam. Pemotongan pajak penghasilan dari 35% menjadi 20% sebetulnya bisa membuat ekonomi AS berkembang pesat dalam beberapa dekade ke depan. Dan tentunya antara kombinasi pajak yang dipangkas dengan suku bunga naik, maka ekonomi AS sejujurnya masih aman-aman saja.
Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: Financial Times