JAVAFX – Yen melemah pasca data neraca perdagangan Jepang dirilis tadi pagi dimana surplus neraca tersebut mengalami penurunannya mendekati level terendah sejak Februari 2016 lalu.
Pada perdagangan selanjutnya, mata uang Jepang ini berfokus kepada pernyataan dari presiden Federal Reserve cabang New York, Williams Dudley yang dijadwalkan berbicara di sebuah forum perdagangan di North Carolina pukul 19.00 WIB nanti malam.
AUDUSD diperdagangkan di level 0,7613 atau naik 0,76% dibandingkan penutupan kemarin, sedangkan USDJPY sedang berada di level 110,93 atau naik 0,40%.
Indeks dolar yang membandingkan greenback atau dolar AS dengan 6 mata utama dunia lainnya, sedang flat di level 97,18.
Yen di minggu lalu juga mengalami pelemahannya setelah Bank of Japan dalam pernyataannya bahwa sisi pertumbuhan belanja konsumen Jepang mulai tumbuh, begitu pula konsumsi di tingkat global juga mulai bangkit atau lebih tinggi dibanding pada waktu raoat suku bunga bank sentral Jepang di April lalu.
Mulai tumbuhnya konsumsi lokal dan global membuat BoJ mulai meningkat ekspetasi pertumbuhan dalam negeri menjadi ekspansi moderat alias tumbuh berkelanjutan, sedikit diatas tingkatan modest growth atau tumbuh biasa-biasa saja.
Dalam pernyataan lainnya bahwa BoJ masih khawatir dengan inflasi dalam negeri yang sejak April lalu telah mengalami penurunan, sehingga produsen dalam negeri sangat sulit menaikkan harga produknya karena konsumen Jepang sangat sensitif dengan kenaikan harga.
Dalam uraiannya Bank of Japan juga menyatakan bahwa paket stimulus ¥80 trilyun atau setara dengan $729,33 milyar masih dipertahankan tanpa batas waktu. Pasar menanggapi bahwa hal ini berlawanan dengan kejadian sesungguhnya di lapangan, karena sejak April lalu, BoJ diendus pasar hanya melakukan pembelian kembali surat hutangnya tidak lebih dari ¥60 trilyun, sehingga hal ini membuat Kuroda nanti siang diharapkan pasar menjelaskan belanja yang masih dibawah target stimulusnya.
Pasar akhir pekan lalu sebetulnya berkehendak agar BoJ mulai memikirkan untuk melakukan tapering atau pengurangan stimulus ¥80 trilyun tersebut, karena dari hasil pernyataan BoJ sendiri berkata bahwa belanja konsumen global sudah membaik sehingga dapat diartikan bahwa beberapa bank sentral utama dunia mulai berpikir untuk mengekor kebijakan suku bunga the Fed.
Data neraca perdagangan Jepang mengalami penurunan surplus dari ¥0,16 trilyun menjadi ¥0,13 trilyun dan masih dibawah perkiraan pasar ¥ 0,37 trilyun. Impor Jepang mengalami peningkatan 17,8% pertahun sementara ekspor turun menjadi 14,9% atau dibawah keinginan pasar ekspor Jepang tumbuh 16%. Dilaporkan juga bahwa ekspor Jepang tidak mengalami penurunan ke semua negara dimana ekspor Jepang ke China naik 23,9%, ke Eropa naik 19,8% dan ke AS naik 11,6%.
Angka-angka tersebut tidak akan menganggu pada kebijakan moneter yang sudah berjalan di bank sentral Jepang, namun sejauh ini ketidakpedulian Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Koruda untuk mengatasi hambatan ekspor nampaknya membuat eksportir sungguh kecewa dengan sikapnya.
Sumber berita: Forex Factory, Reuters, Investing, Marketwatch
Sumber gambar: CNBC