JAVAFX – Berita forex di hari Kamis(3/8/2017), yen mampu bertahan sejenak untuk terus memperpanjang kekokohannya pada perdagangan Kamis siang ini dipicu oleh kuatirnya pasar menyambut data tenaga kerja AS yang semalam dirilis kurang sesuai harapan.
Sebetulnya investor sejak beberapa hari ini sudah was-was menghadapi serangkaian data tenaga kerja AS, apalagi kegiatan pabrikan AS yang diwakili data ISM manufaktur juga masih diarea ekspansinya, menandakan kegiatan industri AS masih dalam tren yang positif bagi ketatnya tenaga kerja.
Namun pengetatan tenaga kerja semalam rapuh setelah ADP dan Moody’s menyatakan bahwa kondisi penerima upah bagi tenaga kerja baru telah berkurang.
Ini membuat faktor antisipasi tersebut terlihat hingga siang ini, yen dan mata uang utama Asia Pasifik lainnya sedikit banyak masih dalam radar tertekan oleh greenback karena data NFP pemerintah AS akan membaik.
USDJPY untuk sementara berada di level 110,73, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7931, USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7326.
Dari pekan lalu yen beberapa kali berhasil menekan dolar AS, dengan catatan khusus bahwa beberapa data pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS secara umum kurang menyemangati perbaikan ekonominya, sehingga pasar melihat untuk sejenak menengok hasil FOMC meeting pekan lalu yang membuat investor segera melepas portfolio dolarnya dan beralih ke segala mata uang dunia lainnya kala itu termasuk yen.
Situasi menurunnya perekonomian AS merupakan salah satu sebab IMF di laporan tengah tahunannya menurunkan target pertumbuhan AS tersebut serta memberikan masukan ke pasar bahwa situasi politik di AS yang cenderung tidak stabil membuat situasi agenda ekonomi Trump juga makin dipertanyakan lebih lanjutnya, seperti reformasi pajak dan pembangunan infrastruktur masih terus menjadi tanda tanya besar karena investor tahun bahwa semua agenda Trump sangat mendukung kokohnya pertumbuhan ekonomi AS.
Dan hasil rapat suku bunga the Fed terakhir, bank sentral AS tersebut akan memperbaiki situasi neracanya sehingga berdampak bagi greenback harus melemah hingga lelang obligasi the Fed yang rencananya dimulai sekitar September dengan nilai $10 milyar perbulannya dan selanjutnya $50 milyar per 3 bulan, seakan mengisyaratkan bahwa perbaikan defisit neraca akan menjadi fokus the Fed dalam jangka pendek dan mengharuskan dolar AS direndahkan nilainya sekaligus menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang masih rendah.
Tetapi kepala cabang the Fed wilayah Cleveland, Loretta Mester menyatakan bahwa agenda kenaikan suku bunga the Fed masih ada dan terjadwal guna mempertahankan ekonomi AS yang sedang ekspansif.
Namun sejauh ini pula kondisi yen sendiri tidak bergerak terlalu besar dalam beberapa bulan terakhir, hanya berkisar di level 109 hingga 112 per dolarnya karena dari pihak Jepang sendiri berkeyakinan bahwa level penantian arah bagi mata uangnya bila kondisi politik dan ekonomi Jepang dan AS sudah menemukan titik pemecahan masalah di sektor perdagangan kedua belah pihak tersebut.
Meski beberapa data Jepang membaik, namun ini juga tidak banyak membantu yen untuk menguat dahsyat.
Seperti contoh di minggu ini yaitu data sentimen konsumen Jepang mengalami perbaikan di periode kali ini yaitu tumbuh 43,8% atau lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 43,3%.
Hal ini menandakan bahwa kondisi bisnis di Jepang masih sangat menjanjikan dan dapat melajukan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sehingga diharapkan terdapat bantuan kenaikan inflasi ketika arus investasi dan belanja konsumen membaik pula. Namun yen tetap saja sulit menembus level psikologis 109.
Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: CNN Money