Yen Kembali Terdesak

0
132

JAVAFX – Yen kembali terdesak pada perdagangan siang akhir pekan ini sebagai bentuk aksi ambil untung sesaatnya pasca penguatannya semalam yang kala itu didukung oleh rencana ECB.

Pelemahan ino sebagai perwujudan bahwa suku bunga Jepang nampaknya masih di area suku bunga negatifnya atau BoJ masih mempertahankan negative interest policy-nya dalam jangka waktu yang akan panjang karena dalam meeting suku bunga kemarin BoJ memperkirakan bahwa 2020 adalah waktu untuk mengevaluasi suku bunga tersebut.

Aksi jual yen juga diikuti pada mata uang utama Asia lainnya seperti dolar Australia dan China yuan siang ini terkait juga dengan situasi di AS yang sudah agak kondusif dimana sejenak investor mengesampingkan lunturnya kredibilitas Trump sehingga investor untuk sementara tidak khawatir terhadap masa depan agenda ekonomi Trump lainnya.

USDJPY untuk sementara berada di level 112,03, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7887, USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7627.

Situasi safe haven yen yang mulai luntur diperlihatkan setelah Bank of Japan kemarin tidak merubah kebijakan suku bunga negatifnya dan tetap melaksanakan pembelian aset-asetnya kembali atau paket stimulus senilai kurang lebih ¥80 trilyun atau setara dengan $714 milyar.

BoJ memang sedang menyoroti lemahnya inflasi tahunan di Jepang dan masih jauh dari target bank sentral, namun hal ini memang tidak perlu dirisaukan banyak investor dimana fenomena inflasi yang rendah sedang melanda di seluruh bagian didunia ini.

Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso juga menyampaikan bahwa fiskalnya kemungkinan besar akan dipertahankan di level surplus yang lebih menguat di tahun ini agar pertumbuhan ekonomi Jepang semakim menguat.

Ini sebuah pertanda bahwa yen harus melemah lebih luas lagi dan suku bunga BoJ juga tidak akan cepat berubah seperti kita ketahui bahwa the Fed dan BoC yang sudah menaikkan suku bunganya, serta ECB yang semalam menyatakan bahwa dalam waktu dekat ECB akan berencana menaikkan suku bunganya, paling cepat September nanti.

Perihal suku bunga juga dikeluhkan dan membuat dolar Australia mengalami tekanan yang cukup dalam sampai hari ini.

Semua terkait dengan wacana RBA yang akan menaikkan suku bunganya pasca penjelasan hasil rapat suku bunga minggu ini serasa bernada hawkish alias investor sangat yakin dengan penjelasan yang menyatakan ekonomi Australia akan nyaman dengan kondisi sekarang.

Namun deputi gubernur RBA Guy Debelle siang ini di Adelaide menyatakan bahwa pasar jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa kenaikan suku bunga beberapa bank sentral dunia, seperti the Fed dan BoC serta ECB, lalu akan diikuti RBA.

Debelle mengingatkan pasar bahwa hal tersebut tidak secara otomatis terjadi karena RBA sendiri melihat dengan kondisi suku bunga netral 1,5% masih belum mampu membangkitkan lebih jauh pertumbuhan ekonominya sekarang di 3,5%.

Inilah yang meresahkan RBA, bahwa dengan kondisi suku bunga yang rendah saja, perekonomian Australia saja masih belum bisa bangkit lebih kencang di beberapa bulan ini.

 

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: handelsblatt (.com)