JAVAFX – Berita forex di hari Senin(7/8/2017), yen berusaha bangkit pasca payroll AS yang dirilis akhir pekan lalu sehingga membuat seluruh mata uang utama dunia tertekan terhadap greenback kala itu.
Namun sebetulnya pasar masih kuatir pasca sambutan data tenaga kerja AS yang telah dirilis pekan lalu dimana data nonfarm payroll periode ini dinyatakan telah bertambah diatas 200 ribuan orang atau sedikit dibawah angka 220 ribu orang di periode sebelumnya, sedangkan tingkat pengangguran di periode kali ini menjadi 4,3% atau turun dari 4,4% di periode sebelumnya.
Semakin turun tingkat pengangguran maka semakin membaik ekonominya karena menuju kondisi full-employment atau tenaga kerja penuh dan dapat mendorong panasnya ekonomi negara tersebut.
Sebetulnya investor sejak beberapa hari sebelumnya sudah was-was menghadapi serangkaian data tenaga kerja AS, apalagi kegiatan pabrikan AS yang diwakili data ISM manufaktur dan jasa juga masih diarea ekspansinya, menandakan kegiatan industri AS masih dalam tren yang positif bagi ketatnya tenaga kerja.
Namun pengetatan tenaga kerja sempat rapuh setelah ADP dan Moody’s menyatakan bahwa kondisi penerima upah bagi tenaga kerja baru telah berkurang.
Ini membuat faktor tekanan dari greenback terlihat hingga siang ini, yen dan mata uang utama Asia Pasifik lainnya sedikit banyak masih dalam area tertekan oleh greenback karena data NFP pemerintah AS telah membaik. USDJPY untuk sementara berada di level 110,69, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7941, USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7284.
Dari pekan lalu yen beberapa kali berhasil menekan dolar AS, dengan catatan khusus bahwa beberapa data pertumbuhan ekonomi dan inflasi AS secara umum kurang menyemangati perbaikan ekonominya, sehingga pasar melihat untuk sejenak menengok hasil FOMC meeting pekan lalu yang membuat investor segera melepas portfolio dolarnya dan beralih ke segala mata uang dunia lainnya kala itu termasuk yen.
Sevelumnya investor sempat skeptis dengan situasi menurunnya perekonomian AS seakan diamini oleh lembaga sebesar IMF.
Dalam laporan tengah tahunannya IMF telah menurunkan target pertumbuhan AS tersebut serta memberikan masukan ke pasar bahwa situasi politik di AS yang cenderung tidak stabil membuat situasi agenda ekonomi Trump juga makin dipertanyakan lebih lanjut.
Apa yang ditakutkan IMF beberapa waktu lalu kemungkinan tidak terjadi dimana agenda ekonomi Trump seperti reformasi pajak dan pembangunan infrastruktur akan segera tercapai dengan keinginan Gary Cohn sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional AS agar reformasi pajak segera dilakukan demi persaingan pajak perusahaan dengan negara lain yang lebih rendah.
Dan hasil rapat suku bunga the Fed terakhir, bank sentral AS tersebut akan memperbaiki situasi neracanya sehingga berdampak bagi greenback harus melemah hingga lelang obligasi the Fed yang rencananya dimulai sekitar September dengan nilai $10 milyar perbulannya dan selanjutnya $50 milyar per 3 bulan, seakan mengisyaratkan bahwa perbaikan defisit neraca akan menjadi fokus the Fed dalam jangka pendek dan mengharuskan dolar AS direndahkan nilainya, namun seperti menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut kemungkinan besar tidak akan terjadi setelah data payroll lalu.
Namun sejauh ini pula kondisi yen sendiri tidak bergerak terlalu besar dalam beberapa bulan terakhir, hanya berkisar di level 109 hingga 112 per dolarnya karena dari pihak Jepang sendiri berkeyakinan bahwa level penantian arah bagi mata uangnya bila kondisi politik dan ekonomi Jepang dan AS sudah menemukan titik pemecahan masalah di sektor perdagangan kedua belah pihak tersebut.
Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: baomoi (.com)