JAVAFX – Yen berikan tekanan sejenak kepada greenback alias menguat terhadap dolar AS pada perdagangan pasar uang Asia Pasifik hingga jelang siang hari ini, dimana secara umum dolar AS masih mengalami tekanan dari yen meskipun the Fed akan naikkan suku bunganya 3 kali di tahun ini.
Sejauh ini USDJPY untuk sementara melemah dan berada di level 111,15, sedangkan untuk AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7970 alias menguat dibandingkan penutupan tadi pagi dan USDCNY sedang menguat berada di 6,4356.
Secara garis besar memang dolar AS masih mudah untuk menguat kembali pada perdagangan kali ini dengan sisi tekanan yang tentu saja masih ada dan bisa berlanjut lebih besar kepada mata uang utama Asia Pasifik seperti perdagangan semalam, dengan sentimen berdasar dari aktivitas ekonomi AS yang tertuang dalam Beige Book semalam.
Isi Beige Book memang dinyatakan bahwa kondisi reformasi pajak sedikit banyak akan memberikan usaha kenaikan inflasi karena upah tenaga kerja akan membaik disertai dengan beberapa harga di AS seperti harga rumah dan biaya energi yang meningkat, membuat target inflasi 2% dari the Fed akan mudah tercapai.
Beberapa distrik juga menyebutkan bahwa reformasi pajak memang belum berpengaruh langsung ke kinerja ekonomi setempat, namun sebagian besar wilayah the Fed tersebut percaya bahwa usaha pemotongan pajak tersebut bisa meningkatkan laju PDB dari 0,25% menjadi 0,5% hingga 0,75% kenaikan pertumbuhan ekonomi AS per kuartalnya, sehingga Beige Book menyebut bahwa laju PDB bisa naik 2,5% di tahun ini.
Masalah inflasi AS yang selalu dikeluhkan the Fed dan membuat investor yakin bahwa suku bunga the Fed naik 3 kali saja dan ini merupakan bukan kejutan, sehingga bisa membuat dorongan penguatan dolar AS berakhir dengan seketika. Investor sebetulnya butuh dorongan lebih untuk membangkitkan selera beli dolar, di mana sebetulnya hal tersebut bisa melihat dari keyakinan para ekonom dunia bahwa pertumbuhan upah AS bisa meningkat di tahun ini berkat produktivitas ekonominya yang membaik sehingga suku bunga the Fed bisa naik 4 kali di tahun ini, sepertinya tidak dilihat sebagai bentuk pertahanan yang baik untuk mengoleksi dolar AS lebih lama.
Beberapa agenda ekonomi AS juga terlihat membaik, namun di Jepang sendiri aktivitas ekonominya juga tidak kalah membaik pula, sehingga ini tentu menarik untuk disimak seberapa kuatkah keinginan kedua bank sentral tersebut dalam menjaga nilai mata uangnya.
Seperti kita ketahui bahwa bank sentral Jepang sudah mulai mengurangi pembelian kembali aset-asetnya, khususnya obligasi jangka panjangnya, sebesar 5%, sehingga diperkirakan tahun ini BoJ bisa mulai meningkatkan pengurangan stimulus yang pada akhirnya bisa menaikkan suku bunganya juga.
Banyak pihak memprediksi bahwa yen masih bisa menguat lagi ke level 100, namun jangan lupa bahwa bank sentral Jepang sendiri mempunyai kehendak lain bahwa yen tidak boleh menguat terlalu besar karena dapat mengurangi kinerja industri Jepang dan melemahkan inflasi di masa depan, sehingga biasanya jika yen menguat terlalu tajam maka BoJ akan melakukan intervensi secara besar-besaran.
Sumber Berita: Reuters, Bloomberg, Investing, Javafx, Forexfactory, Dailyfx
Sumber gambar: Reuters