JAVAFX – Yen berada di level terlemah sejak 2011 pada perdagangan pasar uang Asia Pasifik hingga jelang siang hari ini, di mana kondisi ini merupakan perwujudan dari kondisi sebelumnya dengan keinginan pasar yang masih ingin menguatkan mata uang AS.
Melihat pada perdagangan sebelumnya, pergerakan dolar AS memberikan tekanannya kepada beberapa mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup melemah di level 1,1476, GBPUSD ditutup melemah di level 1,2935, AUDUSD ditutup melemah di level 0,7102 dan USDJPY ditutup menguat di level 114,52.
Dan untuk sementara di siang ini, EURUSD bergerak di level 1,1470, GBPUSD bergerak di level 1,2932, AUDUSD di level 0,7088 dan yen di level 114,22.
Kondisi yen sempat melemah terhadap dolar AS setelah gejolak perang dagang sedikit mereda pasca Kanada sepakati dagang dengan AS dan revisi anggaran belanja Italia membuat aksi safe haven dolar memuncak semalam. Ditambah lagi data aktivitas jasa AS dan data tenaga kerja ADP swasta mengalami kenaikan seakan makin meningkatkan keinginan naiknya suku bunga Fed.
Pernyataan ketua the Fed Jerome Powell bahwa suku bunga Fed bisa naik di atas 3% dalam waktu 2 tahun mendatang karena ekonomi AS sangat kuat. Kondisi ini makin memantapkan keinginan investor untuk memiliki aset berlatar belakang asal AS. Yen sendiri langsung terkoreksi dengan melemah menyentuh level terlemahnya sejak 2011 atau sesaat seperti gempa Jepang 2011.
Sebelumnya yen terus bertahan dari gempuran dolar AS setelah Shinzo Abe dengan Presiden Trump mencapai sebuah kesepakatan yang membuat Jepang terhindar dari perang tarif dengan AS. Namun efek perang tarif sebelumnya sudah terasa sejak data survei tankan bulan lalu yang mengalami penurunan.
Sejauh ini pihak China masih gagal mencari kesepakatan baru dengan AS hari ini sehingga tensi perang dagang makin memanas. Produk China senilai $200 milyar terkena tarif baru dan akan berlanjut dengan tarif baru juga mulai awal tahun depan jika keduanya gagal mencapai kesepakatan baru. Dan pihak China sendiri enggan untuk mengendurkan tekanannya kepada AS. Begitu pula sebaliknya. Kondisi ini tentu membuat situasi menjadi tidak kondusif sehingga aksi safe haven bisa sewaktu-waktu terjadi.
Padahal kinerja ekonomi China juga sudah mulai merendah kualitasnya sehingga bisa mendorong pemberian bantuan likuiditas lebih besar. Harapannya aksi safe haven dolar tidak terjadi mengingat kondisi tensi perang dagang akan selalu diikuti oleh aksi safe haven karena inflasi di AS akan mengalami kenaikan sehingga keinginan naiknya suku bunga the Fed makin membesar.
Faktor membaiknya data ekonomi Australia juga tidak bisa membantu dolar Australia untuk pulih, ini karena faktor perang dagang membuat surplus perdagangan mereka menurun.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi