Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menawarkan dukungan lebih lanjut kepada pemerintah Tanzania untuk menangani wabah virus Marburg.
“Sejauh ini, delapan kasus telah dikonfirmasi, termasuk lima kematian,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus dalam konferensi pers, Kamis (23/3), menyusul konfirmasi kasus pertama penyakit virus Marburg di Tanzania pada Selasa (21/3).
Dia mengatakan bahwa lebih dari 160 kontak telah diidentifikasi dan sedang dipantau.
Badan respon nasional Tanzania yang dilatih bersama oleh WHO serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, kata Tedros, telah dikirim ke daerah yang terdampak untuk melakukan penyelidikan tambahan, melacak kontak, dan memberikan perawatan klinis.
Menurut Tedros, sampel pertama diuji di laboratorium bergerak yang didirikan sebagai hasil kerja yang didanai oleh WHO tahun lalu untuk bersiap menghadapi wabah demam berdarah, termasuk Ebola dan Marburg, yang memungkinkan Tanzania mengonfirmasi wabah tersebut.
Sebulan yang lalu, Equatorial Guinea juga melaporkan wabah Marburg dan saat ini negara tersebut memiliki sembilan kasus yang dikonfirmasi dan 20 potensi kasus.
WHO juga mengerahkan para ahli ke negara tersebut untuk mendukung tanggapan pemerintah, kata Tedros.
Marburg adalah anggota keluarga virus yang sama dengan Ebola, menunjukkan gejala yang sebanding, menyebar di antara orang-orang dengan cara yang sama, dan, seperti Ebola, memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi.
Meskipun tidak ada vaksin atau perawatan Marburg yang disetujui, WHO memimpin upaya untuk menilai vaksin dan perawatan potensial sehubungan dengan wabah tersebut.
“Sementara itu, kami bukannya tidak berdaya,” kata Tedros.
Ia meyakini bahwa pelacakan kontak yang hati-hati, isolasi, serta perawatan pendukung adalah upaya yang ampuh untuk mencegah penularan Marburg serta menyelamatkan nyawa.
Virus Marburg pertama kali dikenali pada 1967, ketika wabah demam berdarah terjadi secara bersamaan di laboratorium di Kota Marburg, Jerman, serta di Beograd di bekas Yugoslavia.