Eropa dan Amerika menjadi kawasan yang paling terdampak wabah cacar monyet, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa pada Rabu (27/7).
Kedua kawasan tersebut telah melaporkan 95 persen dari total kasus terdiagnosis (cacar monyet), kata Ghebreyesus.
Dia juga memperingatkan tentang stigma dan diskriminasi dalam pesan terkait cacar monyet.
Lebih dari 18.000 kasus cacar monyet dari 78 negara telah dilaporkan ke WHO.
Di antara total kasus yang telah dilaporkan itu, lebih dari 70 persen berasal dari kawasan Eropa dan 25 persen dari Amerika, ungkap Dirjen WHO.
Dia lebih lanjut mengungkapkan bahwa 98 persen dari kasus yang dilaporkan terjadi di antara pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.
Dia menekankan pula bahwa stigma dan diskriminasi dapat “sama berbahayanya dengan virus apa pun dan dapat memicu wabah.” “Seperti yang telah kita lihat dari (penyebaran) informasi yang salah tentang COVID-19, hal itu dapat menyebar cepat secara daring,” tuturnya.
“Jadi kami meminta platform-platform media sosial, perusahaan-perusahaan teknologi, dan organisasi-organisasi berita untuk bekerja sama dengan kami guna mencegah dan melawan informasi berbahaya,” lanjutnya.
Pada Sabtu (23/7), WHO secara resmi menyatakan cacar monyet sebagai suatu keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (public health emergency of international concern/PHEIC).
PHEIC sendiri merupakan tingkat peringatan tertinggi yang dapat dikeluarkan oleh badan kesehatan PBB tersebut.
Untuk itu, WHO mendesak negara-negara di dunia untuk menanggapi secara serius wabah cacar monyet dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan penularannya dan melindungi kelompok rentan.
“Cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah dengan mengurangi risiko paparan dan membuat pilihan yang aman,” ujar Ghebreyesus.
Kanada, Uni Eropa, dan Amerika Serikat telah menyetujui vaksin yang disebut MVA-BN (Modified Vaccinia Ankara – Bavarian Nordic) untuk digunakan melawan virus cacar monyet, sedangkan dua vaksin lainnya juga sedang menjalani tahap penilaian.
Namun, minimnya data tentang efektivitas dan dosis vaksin tersebut membuat WHO saat ini tidak merekomendasikan vaksinasi massal cacar monyet.
Badan kesehatan dunia itu juga mendesak semua negara yang mengelola vaksin tersebut untuk mengumpulkan data dan berbagi data penting mengenai efektivitasnya.