Indeks-indeks utama Wall Street beragam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) di mana Nasdaq turun dipicu anjloknya saham produsen chip setelah Pemerintah AS berencana menghentikan pengiriman chip kecerdasan buatan canggih ke China.
Indeks S&P 500 turun 0,43 poin atau 0,01 persen ke 4.373,2, Indeks Komposit Nasdaq melemah 34,24 poin atau 0,25 persen ke 13.533,75, dan Indeks Dow Jones Industrial Average meningkat 13,11 poin atau 0,04 persen ke 33.997,65.
Indeks Philadelphia Semiconductor terkoreksi 0,8 persen dan saham Nvidia melemah 4,7 persen meski produsen chip paling bernilai di dunia itu tidak memperkirakan dampak yang berarti dalam jangka pendek terhadap laporan keuangan perusahaan akibat kebijakan Pemerintahan Biden tersebut.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS melonjak karena data ekonomi yang kuat.
Imbal hasil tersebut mengurangi daya tarik saham karena menawarkan investor pendapatan yang relatif tinggi dari obligasi pemerintah yang bebas risiko.
Namun, laporan laba yang optimistis dari perusahaan-perusahaan termasuk Bank of America yang sahamnya naik 2,3 persen, membatasi penurunan indeks.
Sektor finansial meningkat 0,6 persen dan menjadi salah satu sektor yang paling positif di S&P 500.
“Kami melihat laba yang bagus dari sebagian besar perusahaan besar yang melaporkan hari ini, tapi indeks mengalami penurunan karena imbal hasil naik lebih tinggi,” kata Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities Peter Cardillo.
Kabar lainnya, saham Lockheed Martin naik 0,2 persen setelah kontraktor pertahanan AS itu melaporkan pendapatan dan laba kuartal tiga yang lebih baik dari perkiraan.
Sedangkan saham Goldman Sachs anjlok 1,6 persen meski laba kuartal tiga turun kurang dari perkiraan.
Musim laporan keuangan di AS baru saja dimulai.
Analis memperkirakan laba perusahaan di S&P 500 akan meningkat 2,2 persen pada kuartal ketiga, berdasarkan data LSEG pada Jumat (13/10).
Data sebelumnya menunjukkan penjualan ritel AS naik lebih dari perkiraan pada September karena meningkatnya pembelian kendaraan bermotor dan semakin banyak masyarakat yang berbelanja di restoran dan bar.
Terpisah, produksi di pabrik-pabrik di AS juga meningkat lebih dari prediksi.
“Berita baik bisa menjadi berita buruk bagi pasar saham karena hal itu berarti bahwa Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, dan mungkin hal itu akan menghilangkan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada 2024,” kata Kepala Strategis Pasar Ameriprise Anthony Saglimbene di Troy, Michigan.
The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 525 basis poin sejak Maret 2022 untuk meredam inflasi.
Investor juga masih dengan cemas mengamati situasi di Timur Tengah.
Sekitar 500 warga Palestina tewas dalam sebuah ledakan di rumah sakit Gaza, sementara Presiden AS Joe Biden akan mengunjungi Israel pada Rabu untuk menunjukkan negara tersebut dalam perangnya dengan Hamas yang menguasai jalur Gaza.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,25 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 10,41 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Jumlah saham-saham yang naik melebih jumlah saham yang turun dengan rasio 1,34 : 1, sedangkan untuk Nasdaq rasionya 1,35 : 1.
S&P 500 mencatatkan 17 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 6 titik terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 48 titik tertinggi baru dan 151 titik terendah baru.