Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) masih layak dibeli oleh investor walau Indeks Harga Saham (IHSG) cenderung melandai dalam sepekan terakhir.
Menurut Yusuf, fundamental BJBR cukup baik mengingat bank tersebut ditopang kredit payroll yang kuat.
Kredit payroll adalah kredit yang diberikan bank kepada nasabah yang menyalurkan gaji atau pengahasilannya pada bank tersebut.
“Laporan semester I juga menunjukkan kinerja perusahaan juga cukup baik dengan berhasil menjaga NPL di bawah 1,6 persen, bahkan pada tahun 2020 ketika pandemi terjadi, BJBR berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 8 persen,” ujar Yusuf dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Yusuf menyampaikan BJBR masih memiliki prospek yang baik ke depan meski ada sejumlah tantangan di industri perbankan, salah satunya yaitu bermunculannya bank-bank digital.
“Tantangannya mungkin lebih kepada para investor yang saat ini yang juga tertarik pada saham bank digital,” kata Yusuf.
Sementara itu Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio meyakini masih ada ruang untuk pertumbuhan kinerja BJBR pada sisa tahun ini.
Selain itu, BJBR juga memiliki likuiditas yang berlimpah yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 87 persen.
Pada tahun ini pendapatan bunga bersih BJBR diperkirakan akan sebesar Rp 7,72 triliun dengan laba bersih sebesar Rp2,16 triliun “Jadi saham BJBR cukup baik jika dikoleksi untuk tujuan investasi, karena dari kinerjanya yang sangat baik, dan masih mampu out perform di tengah tahun-tahun pandemi ini.
Apalagi harganya sedang koreksi setelah dividen yang ditebar pada April kemarin,” ujar Frankie.
Frankie pun merekomendasikan untuk beli saham BJBR dengan target harga Rp1.600 per saham.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir Juni 2021, BJBR mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp924,42 miliar, naik 14,42 persen dari laba semester I 2020 sebesar Rp807,92 miliar.
Pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga 7,85 persen (yoy) menjadi Rp6,48 triliun.
Perseroan mampu menekan beban bunga sehingga turun 5,05 persen (yoy) menjadi Rp2,78 triliun sehingga pendapatan bunga bersih pun tumbuh 20,14 persen (yoy) dari Rp3,08 triliun menjadi Rp3,69 triliun.