Pasar saham Asia sejauh ini cukup berhasil rebound pada hari Senin karena gelombang bargain hunting menyapu pasar yang terpukul dan China melaporkan tidak ada kasus COVID-19 yang diperoleh secara lokal untuk pertama kalinya sejak Juli, meskipun kondisi pasar masih cukup rentan secara keseluruhan.
Serangkaian hasil survei sektor manufaktur “flash” untuk Agustus yang dirilis pada Senin hari ini dapat menjadi indikator awal tentang bagaimana pertumbuhan global menghadapi varian Delta ini. Dan para ekonom dan analis memperkirakan masih adanya hambatan dalam pertumbuhan global dan terutama di Asia.
Di awali dari laporan pertumbuhan aktivitas pabrik di Jepang yang melambat pada Agustus, diperparah dengan sektor jasa menyusut tajam pada laju tercepat sejak Mei tahun lalu, menjadi bukti awal COVID-19 masih memakan korban.
“Menyusul pemulihan berbentuk V yang kuat, masih banyak tanda perlambatan pertumbuhan,” kepala strategi investasi BofA Michael Hartnett mengatakan. “Kurva imbal hasil AS berada pada level terendah satu tahun, sementara pasar negara berkembang negatif dan baik tembaga maupun minyak turun dua digit dari level tertingginya baru-baru ini,” Hartnett menambahkan, mengutip dari Reuters.
Sebelumnya, kekhawatiran yang melanda ekonomi China semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir, sementara tindakan keras Beijing terhadap sektor teknologi memberikan pukulan ganda ke pasar.
Lebih dari $560 miliar dihapus dari bursa Hong Kong dan China daratan pekan lalu karena atas kekhawatiran sektor mana yang mungkin menjadi target regulator berikutnya.
Beijing sedang mempertimbangkan untuk menekan perusahaan kaya data untuk menyerahkan manajemen dan pengawasan data mereka kepada perusahaan pihak ketiga jika mereka menginginkan daftar saham AS, sumber mengatakan kepada Reuters.
Dampaknya terlihat pada indeks saham MSCI Asia Pasifik yang turun 4,8% minggu lalu. Kecepatan dan skala penurunan yang tipis membuatnya oversold, membantunya reli 1,5% pada hari Senin.
Indeks Nikkei Jepang juga melambung 1,7%, namun masih harus memperbaiki penurunan 3,4% minggu lalu ke level terendah sejak Desember. Saham blue chips China menguat 1,2% dari level terendah tiga minggu.