Western Texas Intermediate (WTI) melanjutkan tren kenaikannya setelah sebuah laporan oleh Wall Street Journal (WSJ) mendorong penurunan sebesar 3% di tengah spekulasi bahwa salah satu produsen minyak terbesar di dunia mengancam akan meninggalkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Namun, rumor itu dibantah, menurut Reuters. Pada saat penulisan, WTI diperdagangkan di $79,06, naik 2,50%.
Pada awal perdagangan sesi Amerika Serikat di hari Jumat (03/03/2023), tersiar desas-desus bahwa Uni Emirat Arab (UEA) membahas untuk meninggalkan OPEC karena negara tersebut telah meminta otorisasi untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya. UEA telah mencari OPEC+ untuk mengesahkan peningkatan produksinya. Laporan dari WSJ menambahkan bahwa UEA bentrok dengan Arab Saudi atas tingkat produksi dan Yaman.
Menyusul laporan tersebut, WTI kehilangan hampir 3%. Harga bergerak dari posisi terendah, diperdagangkan kembali di atas $76,00. Sebelum rebound, WTI mencapai posisi terendah tiga hari di dekat $75,75.
Dalam sepekan perdagangan ini, harga minyak mendapatkan dukungan dari kekurangan minyak mentah, di tengah keyakinan pasar bahwa pembukaan kembali China akan meningkatkan permintaan minyak mentah. Selain itu, aktivitas bisnis di Tiongkok juga mengumpulkan momentum dengan PMI Manufaktur dan Jasa Caixin memasuki kembali wilayah ekspansif.
Harga WTI terlihat mengabaikan peningkatan pasokan AS untuk minggu kesepuluh berturut-turut, karena rekor ekspor minyak mentah AS dibuat untuk peningkatan yang lebih kecil daripada dalam beberapa minggu terakhir.
Sementara itu, data AS yang terungkap dalam sepekan menunjukkan aktivitas bisnis di segmen manufaktur dan jasa membaik ke wilayah ekspansi. Meskipun ini merupakan berita positif untuk pertumbuhan, pejabat Federal Reserve akan terus memperketat kondisi moneter untuk mengekang inflasi ke target 2%. Indek Dolar AS, ukuran nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang lainnya, mundur 0,16%, turun di 104,752, penarik untuk harga minyak berdenominasi dolar AS.