JAVAFX – Turunnya ekspor Arab dukung harga minyak bergerak menguat pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini di mana investor sedang mencerna bagaimana hubungan dengan pasokan minyak yang sedang berusaha dikurangi dan akan turunnya permintaan minyak dunia.
Harga minyak berhasil bertahan dari tekanan jual untuk sementara ini setelah Gubernur Arab Saudi untuk OPEC Aadeeb Al-Aamaa menyatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi memutuskan akan mulai menurunkan ekspor minyaknya pada Agustus mendatang sebesar 100 ribu bph karena masalah produksi yang mulai terbatas dan akan turunnya permintaan dunia.
Sebelumnya harga minyak terdorong setelah dari AS dilaporkan bahwa Cushing di Oklahoma kemungkinan besar akan mengalami penurunan persediaan kurang lebih sekitar 1,8 juta barel, menandakan tingkat konsumsi di AS yang meningkat dan produksi yang terbatas.
Harga minyak naik cukup besar setelah Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan bensin dan minyak distilat milik pemerintah AS mengalami penurunan. Namun persediaan minyak mentah naik. Permintaan impor bahan bakar AS juga mengalami peningkatan. Dan produksi minyak AS menurut EIA juga telah mencapai 11 juta bph di pekan lalu, atau telah naik sebesar 1 juta bph sejak November lalu, berkat peningkatan yang cepat dari produksi minyak serpih.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,29 atau 0,42% di level $69,75 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,15 atau 0,21% di harga $72,73 per barel.
Kenaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang. Kondisi perang dagang belum usai pula, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi.
Konsumsi minyak AS sekitar 20% secara global dan kemungkinan akan berkurang dalam waktu dekat. Begitu pula China yang mempunyai tingkat konsumsi 14,4% secara global, China mungkin akan mulai mengurangi impornya karena pertumbuhan ekonominya sedang melamban. Problem pasokan inilah yang memutuskan Arab Saudi mulai menurunkan ekspornya di bulan depan demi menjaga harga tetap tinggi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi