JAVAFX – Presiden Donald Trump pada hari Sabtu menggandakan kritiknya terhadap The Fed dan apa yang ia lihat sebagai keengganannya untuk menurunkan suku bunga di tengah kekhawatiran virus corona dan dampak potensial terhadap ekonomi Amerika.
Saat konfrensi pers di White House, Trump yang diampingi wakil presiden Mike Pence dan pejabat kesehatan AS mengatakan bahwa “The Fed, kita harus mulai memimpin dengan tidak memiliki suku bunga yang rendah. Saat ini, kita tidak memiliki suku bunga terendah, tingkat kami lebih tinggi. Anda melihat Jerman, Jepang dan negara-negara lain, banyak dari mereka memiliki tingkat suku bunga yang negatif dan kami tidak berada di posisi itu karena kami The Fed ”
“Dan sekarang kita memiliki masalah yang merujuk pada virus corona. Anda melihat di mana Jerman menurunkan dan juga menanamkan banyak uang ke dalam perekonomian mereka. Saya belum pernah mendengar The Fed mengatakan harus melakukan ini. ”
Trump sering menyalahkan The Fed, karena ia melihat suku bunga yang terlalu ketat yang dipaksakan karena itu dapat merusak kekuatan ekonomi Amerika. The Fed menggunakan patokan suku bunga kredit dan alat kebijakan moneter lainnya untuk menjaga inflasi tetap terkendali sementara mendorong lapangan kerja.
“Kami dapat membiayai kembali hutang kami bahkan dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah, The Fed membuat kami membayar lebih dari yang seharusnya dan itu konyol,” ujar Trump.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada hari Jumat di tengah kejatuhan pasar saham selama sepekan bahwa bank sentral sedang memantau risiko yang ditimbulkan oleh virus corona terhadap ekonomi AS.
“Fundamental ekonomi AS tetap kuat. Namun, virus corona menimbulkan risiko yang berevolusi terhadap kegiatan ekonomi. Federal Reserve memantau dengan cermat perkembangan dan implikasinya terhadap prospek ekonomi. Kami akan menggunakan alat kami dan bertindak sesuai kebutuhan untuk mendukung ekonomi, ” jelas Powell.
Presiden kembali frustrasi dengan bank sentral AS mengikuti minggu terburuk untuk pasar AS sejak krisis keuangan, dengan Dow Jones Industrial Averag dan S&P 500 turun 12,36% dan 11,49% selama lima sesi perdagangan terakhir. Minggu ini, kedua indeks saham utama jatuh ke dalam apa yang dikenal di Wall Street sebagai koreksi, penurunan 10% atau lebih dari 52 minggu terakhir.
Tetapi pernyataan Powell tidak sesuai dengan harapan beberapa investor dari The Fed. Banyak ekonom di Wall Street sekarang memperkirakan bank sentral akan perlu memberlakukan beberapa pemotongan suku bunga tahun ini untuk memerangi pelambatan perekomian mendatang. Bahasa Powell dalam pernyataan sedikit berbeda dari pernyataan Fed sebelumnya, bahkan sebelum krisis corona.
Bursa saham berjangka terus mengisyaratkan pada The Fed dengan segera melakukan pemangkasan suku bunga ditengah epidemi wabah corona yang kian meluas hingga ke seluruh dunia pada saat ini. Akan tetapi pertanyaannya adalah seberapa besar pemotongan tersebut, apakah 25 basis poin atau 50 bps.
Setelah komentar The Fed Jerome Powell yang menyatakan bahwa pasar menekan masalah ini dan sekarang berpeluang untuk malakukan 75% dari pemotongan 50 basis poin. Jika pemangkasan itu tidak terjadi pada bulan Maret, maka sepenuhnya akan dilakukan pada bulan April, dengan peluangnya hanya sebesar 14% dari pemotongan ketiga pada saat itu.
Peringatan di sini adalah bahwa angka-angka ini berubah dengan cepat. Seminggu yang lalu hanya ada peluang 8% dari pemangkasan suku bunga dan kemarin hanya ada peluang 85%.
Meskipun Trump menyarankan solusi tambahan yang mungkin tidak diperlukan saat ini. Dengan membiayai kembali hutang negara akan menjadi tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dikhawatirkan oleh beberapa ekonom dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan untuk keuangan negara.
Bursa saham dunia akan mencatatkan pekan terburuknya sejak terjadi krisis keuangan global pada tahun 2008 setelah adanya gangguan virus Covid-19 terhadap perjalanan internasional dan jaringan pasokan memicu kekhawatiran resesi di Amerika Serikat dan kawasan Eropa.
Penyebaran wabah virus yang memburuk kini membuat pasar keuangan meyakini bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pinjaman di bulan depan, dengan peluang sebesar 9% hanya seminggu yang lalu.
Pasar saham di AS jatuh ke wilayah koreksi dengan indeks acuan S&P 500 anjlok lebih dari 4%, memperpanjang penurunan yang sekarang telah memangkas nilainya lebih 10% dari puncak penutupan pada 19 Februari. Bursa saham Asia juga mengikuti kejatuhan saham-saham di Wall Street pada Jumat pagi.
Upaya untuk menahan wabah telah melumpuhkan sebagian besar ekonomi China, yang perlahan-lahan kembali normal. Ada kekhawatiran bahwa negara-negara lain dapat menghadapi masalah yang sama dengan penyebaran virus di seluruh dunia.
Bank investasi AS, BofA memangkas perkiraan pertumbuhan dunianya ke level terendah sejak dilanda krisis keuangan pada tahun 2008 lalu dan lembaga pemeringkat Moody’s mengatakan pandemi virus covid-19 akan memicu resesi global dan AS di paruh pertama tahun ini.
Pada saat yang sama, pengambil kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) mengecilkan prospek langsung kebijakan pelonggaran di benua itu.
Kementerian keuangan menjelaskan bahwa Pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan aturan ketat pada jumlah utang yang dapat dinaikkan, karena dalam menghadapi tekanan yang meningkat untuk memulai perekonomian yang lesu adalah dengan lebih banyak belanja.