Trump Bukan yang Pertama, Sejumlah Mantan Presiden AS Pernah Hadapi Masalah Hukum

0
96
President Donald Trump speaks about the coronavirus in the Rose Garden of the White House, Tuesday, April 14, 2020, in Washington. (AP Photo/Alex Brandon)

Donald Trump berulang kali mengukir sejarah.

Ia adalah presiden AS pertama yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam bidang pemerintahan atau militer.

Trump juga merupakan pemimpin AS yang pertama dimakzulkan dua kali.

Dan ia pula menjadi yang pertama secara agresif menantang pengesahan presiden penggantinya.

Kini, Trump kembali menggoreskan sejarah baru.

Meskipun berharap dapat kembali ke Gedung Putih pada 2025, tetapi dia adalah mantan presiden AS pertama yang didakwa.

Batasan terbaru yang dilanggar Trump kembali mempertanyakan soal aura kepresidenan AS, yang dipupuk kesempurnaan George Washington.

Presiden pertama AS itu menanamkan dogma kesempurnaan atau ketidakmampuan untuk berbuat salah.

Namun manusia tetap lah manusia yang berulang kali berbuat kesalahan, melalui skandal yang lahir dari keserakahan dan penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dan kenaifan, seks dan kebohongan tentang seks.

Trump bukanlah presiden pertama, di dalam atau di luar masa jabatannya, yang berhadapan langsung dengan masalah hukum.

Pada 1974, Richard Nixon ditengarai menghindari tuntutan pidana karena dianggap menghalangi penyelidikan atau melakukan penyuapan, terkait dengan skandal Watergate.

Hanya saja Presiden Gerald Ford memaafkan Nixon hanya beberapa minggu setelah ia mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.

Lisensi hukum Bill Clinton di negara asalnya Arkansas ditangguhkan selama lima tahun setelah dia mencapai kesepakatan dengan jaksa pada 2001.

Di akhir masa jabatan keduanya, Clinton tersandung kasus perselingkuhan.

Ia dituduh berbohong di bawah sumpah tentang perselingkuhannya dengan pegawai magang Gedung Putih Monica Lewinsky.

Beberapa sejarawan bertanya-tanya tentang nasib Presiden Warren Harding seandainya dia tidak meninggal saat menjabat pada 1923.

Banyak pejabat tinggi di sekitarnya yang dinyatakan terlibat dalam berbagai kejahatan, termasuk Menteri Dalam Negeri Albert B.

Fall, yang dikenal dengan “Skandal Teko Teh atau Teapot Dome Scandal.” Fall ditengarai menjual dua tanah milik Angkatan Laut AS kepada perusahaan minyak swasta di bawah harga pasar.

“Tembok-tembok itu menutupnya,” kata sejarawan kepresidenan Douglas Brinkley tentang Harding.

Dakwaan Trump di New York dilaporkan terkait dengan disalahartikannya catatan bisnis terkait dengan pembayaran bintang porno Stormy Daniels sebesar $130,000 pada 2016.

Hal itu terjadi tak lama sebelum Trump mengalahkan pesaingnya dari Demokrat, Hillary Clinton, untuk kursi kepresidenan.

Uang suap itu diberikan agar Daniels tetap bungkam mengenai hubungan seksual yang menurutnya dilakukan bertahun-tahun sebelumnya.

Trump menyangkal berhubungan seks dengannya.

Trump juga sedang diselidiki karena diduga berusaha mengubah hasil pemungutan suara 2020 di Georgia, negara bagian di mana ia kalah tipis dari Joe Biden.

Ia juga sedang disidik terkait perannya dalam kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.

Saat itu pendukung Trump berusaha menghentikan pengesahan Biden sebagai presiden oleh Kongres AS.

Trump membantah telah melakukan kesalahan dan menyebut penyelidikan New York sebagai “perburuan penyihir.” Saat menjabat, Trump mengadopsi pandangan dari pendapat hukum Departemen Kehakiman bahwa seorang presiden tidak dapat didakwa.

Namun, begitu seorang presiden meninggalkan jabatannya, perlindungan itu lenyap.

Sebagian besar mantan presiden dalam setengah abad terakhir menjalani kehidupan bermasyarakat yang relatif lancar, seperti mendirikan yayasan, menyampaikan pidato yang menarik, atau dalam kasus Jimmy Carter, terjun ke dalam kegiatan sosial.

Hanya Nixon yang bertahun-tahun tenggelam akibat menyembunyikan aibnya itu, meskipun dia akhirnya muncul kembali untuk berbicara tentang urusan global dan menasihati calon politisi dan calon presiden, termasuk Trump.

Penyebab langsung pengunduran diri Nixon adalah penemuan “pistol rokok atau smoking gun.” Smoking gun adalah istilah yang mengacu pada rekaman di Ruang Oval yang diprakarsai Nixon sendiri, yang mengungkapkan bahwa dia telah memerintahkan penutupan kasus pembobolan markas besar Komite Nasional Demokrat di Kompleks Watergate, Washington, pada 1972.

Dua tahun kemudian, skandal tersebut berkembang liar.

Banyak pembantu utama Nixon mengundurkan diri dan akhirnya dipenjarakan.

Nixon sendiri kemungkinan menjadi sasaran penasihat khusus Watergate.

“Ada partisan di Kongres dan staf penasihat khusus yang ingin melihat Nixon didakwa setelah pengunduran diri – atau setidaknya percaya bahwa pengampunan itu terlalu dini,” kata John A.

Farrell, penulis “Richard Nixon: The Life,” sebuah biografi yang diterbitkan pada 2017.

Buku itu berhasil meraih penghargaan.

“Namun jaksa penuntut khusus, Leon Jaworski, secara konsisten memilih untuk berurusan dengan Nixon melalui proses pemakzulan yang konstitusional.” Farrell mencatat bahwa pengampunan Ford terjadi begitu cepat setelah Nixon mengundurkan diri sehingga kantor Jaworski tidak punya waktu untuk sepenuhnya mempertimbangkan tuduhan terhadap Nixon.

Ford sendiri mengatakan bahwa “dakwaan, persidangan, keyakinan, dan hal lain yang terjadi” akan mengalihkan perhatian negara dari masalah yang lebih mendesak.

“Sejauh ini yang bisa dikatakan: Nixon sendiri sangat khawatir tentang kemungkinan (penuntutan), sampai hal tersebut merusak kesehatannya,” kata Farrell, mengacu pada pertarungan Nixon dengan flebitis, radang pembuluh darah di bagian kaki.

“Dia merenungkan dengan dalam tentang bagaimana beberapa tulisan politik besar dalam sejarah dibuat di sel penjara.

Keluarganya yang sangat khawatir menghubungi Gedung Putih, memberi tahu para pembantu Ford tentang kondisi mantan presiden yang memburuk.” Pemerintahan Nixon dan Harding termasuk di antara beberapa yang terlilit skandal, tanpa adanya tuntutan terhadap presiden.

Ulysses Grant, jenderal Persatuan dan pahlawan Perang Sipil, sebaliknya naif tentang orang-orang di sekitarnya.

Banyak anggota administrasi kepresidenannya terlibat dalam masalah keuangan, dari pemerasan hingga manipulasi pasar.

Grant sendiri ditangkap karena pelanggaran yang lebih ringan.

Pada 1872, selama masa jabatan pertamanya, dia dihentikan dua kali karena kedapatan mengendarai kereta kudanya terlalu cepat.

“Kedua kalinya Grant harus membayar denda $20, tetapi tidak pernah menghabiskan malam di penjara,” kata sejarawan Ron Chernow, yang biografi Grant diterbitkan pada 2017.

Tragedi bisa saja telah menyelamatkan satu calon presiden.

Pada musim gugur 1963, Wakil Presiden Lyndon Johnson adalah sosok yang kurang disukai dalam pemerintahan Kennedy.

Dan bahaya hukum memang mengintainya karena pembantu utamanya, Bobby Baker, sedang diselidiki karena urusan keuangan dan penjualan narkotika.

Johnson, dengan riwayat keuangannya yang dipertanyakan, menyangkal hubungan dekat dengan pria yang pernah ia sebut sebagai putranya yang ia cintai.

Pada pagi hari 22 November 1963, majalah Life berencana melakukan penyelidikan dan sidang kongres baru saja dimulai.

Namun dalam beberapa jam, Kennedy dibunuh.

Dan keberuntungan berpihak pada Johnson.

Ia dilantik sebagai presiden menggantikan Kennedy, dan seketika ketertarikannya pada urusan Baker berakhi