De-dolarisasi atau membuang Dolar AS telah terlihat di beberapa negara seperti Cina, Rusia Uni Eropa hingga Iran. Hal ini di lakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap Dolar AS yang dianggap merugikan negara-negara tersebut karena saat Dolar AS mereka gunakan atau transaksinya di selesaikan melalui bank Amerika, maka mereka harus tunduk kepada yuridiksi AS.
Menurut Peter Koenig, analis ekonomi dan geopolitik dalam tulisannya yang di muat di Global Research, Presiden Trump menyadari upaya-upaya yang di lakukan oleh berbagai negara tersebut untuk melakukan de-dolarisasi sehingga Trump melakukan serangandalam sector keuangan untuk mencegahnya dengan memberikan sanksi, perang dagang, penyitaan asset dan cadangan asing atau pencurian. Namun Koenig juga menjelaskan bahwa hal ini tidak mudah di lakukan karena besarnya pengaruh dollar AS dalam perekonomian negara lain, apalagi karena Amerika merupakan negara konsumen terbesar di dunia. Bank Dunia mencatat bahwa konsumsi AS pada tahun 2017 saja mencapai US $13.32 triliun dan IMF membukukan total cadangan devisa dunia pada kuartal II-2019 setara dengan US $ 11.73 triliun.
Karena itu kita akan lihat ke depannya, apakah upaya-upaya yang di lakukan negara-negara tersebut akan berhasil untuk melakukan de-dolarisasi di tengah masih kuatnya ketergantungan dunia akan Dolar AS.