Trimegah Sekuritas nilai kinerja positif IHSG ikut topang minat IPO

0
75

Direktur PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk David Agus menilai kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini yang masih positif ikut menopang minat perusahaan-perusahaan yang ingin melantai di bursa melalui penawaran umum perdana saham atau IPO.

“Salah satu faktor yang mendukung kalau kita lihat itu kinerja IHSG.

Kalau kita bandingkan year to date kinerja indeks di BEI itu masih positif, dibandingkan kinerja indeks di AS di Dow Jones itu sudah minus di atas 10 persen, di Hong Kong juga sudah minus di atas 10 persen,” ujar David dalam jumpa pers daring yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada Rabu (27/7) ini berada di level 6.898,22, masih tumbuh 4,81 persen dibandingkan posisi penutupan pada akhir 2021 lalu di 6.581,48.

Sementara indeks Dow Jones saat ini berada di posisi 31.761,54, sudah terkoreksi 13,18 persen secara year to date (ytd).

Sedangkan indeks Hang Seng kini berada di posisi 20.670,04, turun 11,19 persen (ytd).

Menurut David, pelemahan yang terjadi di bursa saham AS dan Hong Kong tersebut disebabkan terkoreksinya saham-saham di sektor digital.

“Sementara kalau di Indonesia memang sudah ada beberapa emiten digital, tapi mungkin dominasi kapitalisasi sektor kita masih banyak di sektor yang sifatnya riil maupun sektor keuangan yang tradisional seperti perbankan,” kata David.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, sampai dengan 27 Juli 2022, terdapat 29 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI.

“Hingga saat ini, terdapat 36 perusahaan dalam daftar atau pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman.

Adapun rincian sektornya yaitu dua perusahaan dari sektor barang baku, delapan perusahaan dari sektor konsumer primer, sembilan perusahaan dari sektor konsumer non primer, dan dua perusahaan dari sektor energi.

Selanjutnya, dua perusahaan dari sektor kesehatan, tiga perusahaan dari sektor perindustrian, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, dua perusahaan dari sektor properti dan real estat, dua perusahaan dari sektor teknologi, dan empat perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

Di samping itu, terdapat 55 perusahaan yang telah mencatatkan 73 emisi Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) dan masih ada 19 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan EBUS.