JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(16/10/2017), Timur Tengah bergejolak membuat harga minyak langsung melejit di perdagangan sore awal pekan ini dimana potensi rally masih terlihat dengan dukungan dari masih melemahnya produksi AS serta makin besarnya impor minyak dari China dan sanksi AS terhadap Iran serta akan perangnya Kurdi dengan Irak.
Iran sebagai produsen minyak OPEC terbesar kedua setelah Arab Saudi nampaknya akan mengalami pembatasan produksinya sekitar 1 juta bph kembali setelah Presiden Trump menolak untuk menandatangani pengesahan bahwa Teheran mematuhi kesepakatan nuklir meski badan penilai menyatakan bahwa Iran telah mematuhi segala perintah PBB tersebut.
Butuh waktu 60 hari kedepan lagi bagi Iran untuk mendapatkan pengesahan atau tidak terhadap kepatuhannya sehingga dapat memproduksi secara normal bagi minyak dalam negeri sebesar 1 juta bph tambahannya.
Selain itu, pasca referendum Kurdi yang ingin melepaskan diri dari Irak dan mendapatkan tentangan keras dari Irak dan Turki, situasi di Kirkuk yang merupakan kota minyak di wilayah Kurdi sedang memanas seiring dengan pengiriman pasukan militer Baghdad ke wilayah tersebut sehingga dikuatirkan sekitar 550 ribu bph hingga 600 ribu bph distribusi minyak dari daerah tersebut bisa terganggu.
Produksi minyak AS sendiri akan mengecil setelah Baker Hughes menyatakan sekitar 5 kilang minyak AS dinon-aktifkan lagi di pekan lalu sehingga total menjadi 743 rig. Selain itu ada ledakan kilang di Louisiana yang mengindikasikan produksi minyak AS akan terganggu.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,61 atau 1,19% di level $52,06 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,63 atau 1,10% di harga $57,80 per barel.
Impor minyak mentah China sangat kuat yang rata-rata mencapai 8,5 juta bph antara Januari-September dan meningkat menjadi 9 juta bph di akhir September. Seperti kita ketahui China sedang memperkuat dirinya dan menjadi pengimpor terbsear didunia. Dan impor ini juga dipengaruhi dengan konsumsi energi yang terus tumbuh di China.
Sejak 2015 lalu, China telah menghabiskan sekitar $24 milyar untuk membangun fasilitas cadangan minyaknya dan sekarang mempunyai daya tampung sekitar 850 juta barel minyak, demikian ungkap IEA. Dan semalam Gubernur bank sentral China menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China di tahun ini akan meningkat dari 6,9% menjadi diatas 7%, sehingga berarti konsumsi energinya akan terus tumbuh lebih besar.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Financial Times