JAVAFX – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi tewas saat diserang pasukan khusus Amerika Serikat di barat laut Suriah pada Sabtu (26/10) malam waktu setempat.
Dalam pidatonya di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa “Baghdadi tewas setelah berusaha kabur dan terjebak hingga akhirnya meledakkan diri menggunakan rompi yang dikenakan dan sudah dipasangi bom saat serangan berlangsung. Dalam operasi khusus itu juga, sejumlah besar anggota ISIS lainnya termasuk tiga anak Baghdadi.”
Baghdadi yang tewas setelah berlari menuju terowongan yang ternyata jalan buntu, dia merintih serta menjerit disepanjang jalan. Misi khusus Amerika Serikat melibatkan ada delapan helicopter yang dikirimkan dari panggalan udara militer rahasi serta dalam serangan itu, pasukan khusus AS juga dibantu oleh Rusia, Suriah, Turki dan Irak.
Dalam pidatonya, Trump juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pasukan Kurdi, sekutu AS, yang membantu dalam serangan malam berbahaya dan berani di barat laut Suriah.
Baghdadi yang lahir dengan nama Ibrahim Awad al-Samarrai pada tahun 1971 silam di Tobchi, daerah kumuh di dekat Samarra, di utara Baghdad. Dia bergabung dengan kelompok pemberontak pada tahun 2003 lalu, saat Amerika Serikat menginvasi Irak. Saat itu, ia tertangkap oleh pasukan AS dan dibebaskan setahun setelahnya karena dianggap sebagai penghasut warga sipil alih-alih ancaman militer.
Baru pada 4 Juli 2014 ia menjadi pusat perhatian dunia. Di mimbar masjid al-Nuri di Mosul, pria yang lahir dari sebuah keluarga penceramah ini mengumumkan pembentukan kekhalifahan ISIS di Irak dan Suriah. Ribuan orang dari seluruh dunia mendatangi Irak dan Suriah untuk menjadi pasukan negara bentukannya.
Baghdadi diyakini sebagai pemimpin kelompok ISIS yang paling dicari selama hampir sepuluh tahun terakhir. Pejabat pertahanan menyebut CIA juga turut membantu perburuan pemimpin ISIS tersebut. Sejak itu, ISIS juga mengklaim dan menginspirasi banyak serangan teror termasuk di kota-kota besar seperti Paris, Nice, Orlando, Manchester, London, Berlin hingga ibu kota Negara Indonesia DKI Jakarta.
Ini bukan pertama kalinya Baghdadi dilaporkan tewas. Pada November 2014 lalu, rumor beredar bahwa Baghdadi telah terluka parah atau mati akibat serangan udara di Mosul, Irak.
Pada November tahun 2015 silam, pasukan Irak juga mengklaim telah menerjang konvoi kelompok Bahgdadi di dekat perbatasan dengan Suriah. Meski begitu, keadaan Baghdadi saat itu tak diketahui secara jelas karena pasukan keamanan lokal Irak di wilayah itu menuturkan bahwa keadaan Baghdadi juga mengalami luka parah hingga diisukan meninggal.
Pada Juli 2017 lalu, Baghdadi juga sempat dilaporkan meninggal dunia, kabarnya kematian ini sudah sempat beberapa kali muncul sehingga peristiwa kali ini masih mengundang pertanyaan.
Pada bulan Februari 2018, beberapa pejabat AS mengatakan Baghdadi terluka dalam serangan udara yang terjadi pada Mei 2017, dan harus melepaskan komando atas kelompok ISIS hingga lima bulan karena cedera.
Baghdadi juga mendapat julukan sebagai “The Ghost” lantaran keberadaannya sulit terdeteksi bahkan oleh intelijen militer sekalipun. Ia juga sudah beberapa kali dilaporkan terluka akibat serangan militer.
Sejumlah pemimpin negara turut membenarkan kematian Baghdadi kali ini meski beberapa di antara mereka mengingatkan bahwa perlawanan terhadap teroris ISIS belum usai.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuturkan ini adalah “titik balik perjuangan bersama dunia melawan terorisme.”
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut serangan AS ini menjadi “momen penting dalam serangan kita melawan terorisme dan memperingatkan bahwa pertarungan belum berakhir.”
Rusia masih meragukan kebenaran kematian Baghdadi. Kremlin menyebut kementerian pertahanannya tidak memiliki informasi yang bisa benar-benar dipercaya mengenai kematian Baghdadi.
Trump menegaskan kematian Baghdadi kali ini tidak perlu diragukan lantaran tes DNA sudah mengonfirmasi jasad pemimpin teroris paling dicari selama enam tahun terakhir itu.
