JAVAFX – Harga emas berjangka ditutup lebih rendah pada hari Jumat (06/09/2019), berbalik dari kenaikan sebelumnya sehingga membukukan kerugian minggu ini. Penurunan harga berlangsung setelah Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memberikan pandangan yang optimis akan kondisi ekonomi AS. Hal ini sontak menumpulkan permintaan untuk emas sebagai aset surgawi.
Harga sebenarnya telah diperdagangkan lebih tinggi sebelum Powell berbicara. Kenaikan harga dengan mendapat dukungan dari laporan tentang kesehatan pasar tenaga kerja AS yang lebih lembut dari perkiraan. Disebutkan bahwa jumlah pekerjaan baru yang tersedia di AS sebesar 130.000 pekerjaan di bulan Agustus. Angka ini jauh dari perkiraan 170.000 MarketWatch. Kondisi ini semakin mempertegas adanya perlambatan dalam pasar tenaga kerja AS.
Meski dengan kondisi tersebut, namun dalam pidatonya Powell mengatakan bahwa laporan pekerjaan merupakan pertanda kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja. Dia mengatakan bahwa prospek ekonomi tetap menguntungkan. Oleh sebab itu, Federal Reserve “tidak memperkirakan atau mengharapkan adanya resesi.”
Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember kemudian turun $ 10, atau 0,7%, berakhir di $ 1.515,50 per ounce di bursa Comex, setelah diperdagangkan setinggi $ 1.536,20. Untuk minggu ini, kontrak paling aktif tersebut telah turun sekitar 0,9%, menurut data FactSet.
Dalam perdagangan sebelumnya, harga emas telah turun 2,2% dan menetap di level terendah dalam dua minggu ini. Hasil ini menandai penurunan secara persentase dalam satu sesi terbesar sejak 15 Juni 2018, dan secara nilai dolar dalam ukuran harian menjadi yang terbesar sejak 11 November 2016, menurut Dow Jones Market Data. Mark Hulbert, dari MarketWatch memberikan komentar bahwa bahwa penurunan ini merupakan awal dari tren penurunan emas yang curam.
Laporan ekonomi yang optimis pada hari Kamis, diantaranya termasuk data gaji sektor swasta dari Automatic Data Processing Inc. (ADP) dan data aktifitas sektor jasa dari ISM. Angkanya menunjukkan terjadinya percepatan pertumbuhan. Hal ini mendorong investor kembali berminat pada aset yang berisiko. Risk appetite menurunkan minat investor pada Emas. Meski demikian, dengan laporan tenaga kerja di hari Jumat, memberikan dorongan pada potensi penurunan suku bunga the FED dalam pertemuan berkala dua hari pada 18 September.
Dengan latar belakang yang demikian, harga emas masih menyimpan potensi kenaikan jangka panjangnya. Ditahun ini saja harga emas telah makmur dengan naik lebih dari 18%, meskipun terjadi penurunan pada hari Kamis. Sebagai perbandingan, Indek Dow Jones telah naik sekitar 15%, sedangkan indeks S&P 500 telah naik 19%.
Para pialang yakin dengan masa depan harga emas yang lebih baik. Pasalnya, Inggris semakin menguat potensi untuk meninggalkan Uni Eropa, BREXIT dengan tanpa kesepakatan. Sementara disisi lain, Perang dagang AS – China juga tak kunjung usai dan masih dalam penjajakan perundingan.
Para investor juga mendapat keyakinan dengan tren suku bunga rendah dan bunga Obligasi yang turun. Setidaknya, hutang pemerintah sekitar $ 17 triliun dengan bunga kurang dari 0%. Kondisi ini memberikan keuntungan dan daya saing bagi emas sebagai aset investasi.
Koreksi harga emas yang terjadi menjadi wajar. Secara teknis, paska kenaikan reli harga akan diikuti dengan koreksi pasar. (WK)