Sampai saat ini masih terdengar bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunganya secara agresif untuk menekan target inflasinya menuju target 2.0% walau ancamannya adalah perlambatan ekonomi yang dapat menuju kepada resesi.
Jika terjadi resesi, maka akan terjadi beberapa PHK massal di Amerika. Namun saat ini, The Fed masih menganggap stabilitas harga sebagai prioritas utama. Hal ini di katakan oleh Charles Evans, Presiden The Fed wilayah Chicago.
Menurutnya, stabilitas harga bisa menjadi pondasi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di masa depan. Menurutnya, ada konsensus hingga Maret 2023, suku bunga akan naik hingga 4.5% dan akan di tahan di level tersebut. Artinya akan ada lagi kenaikan 125Bps lagi dari posisinya saat ini di 3.0%-3.25%.
Dengan naiknya suku bunga secara agresif ini di prediksi akan buat Amerika Serikat masuk dalam resesi karena suku bunga yang tinggi akan menghambat ekspansi usaha dan konsumsi rumah tangga. Analis JP Morgan memprediksi dalam enam hingga sembilan bulan ke depan AS bisa masuk dalam resesi dan faktor perang Rusia-Ukraina bisa memperparah atau memperingan resesi tergantung kondisi perang tersebut.