Tepat pada Bloody Sunday, Biden ingin hak pilih kulit hitam diperkuat

0
92

Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Minggu menyerukan hak suara kaum kulit hitam Amerika diperkuat.

Biden berada di Selma, Alabama, guna menghadiri peringatan 58 tahun Minggu Berdarah (Bloody Sunday) ketika unjuk rasa damai diserang polisi.

“Hak memilih dan suara anda dihitung adalah bentuk demokrasi dan kemerdekaan,” kata Biden kepada hadirin di Jembatan Edmund Pettus.

“Bersama hak itu, segalanya mungkin terjadi.

Tanpa hal itu, tanpa hak itu, segalanya menjadi mustahil.

Dan tetap saja hak yang fundamental ini diserobot,” sambung Biden.

Biden menegaskan bahwa di AS, kebencian dan ekstremisme tidak akan menang, meskipun saat ini keburukan semacam itu semakin besar saja.

“Kita harus menyalurkan suara itu di Kongres guna meloloskan Undang-Undang Peningkatan Hak Suara dan Undang-Undang Kebebasan Memilih John Lewis,” tandas Biden.

UU ini adalah hasil amandemen Undang-Undang Hak Pilih tahun 1965 yang dinamai dari nama mendiang aktivis hak-hak sipil AS yang juga mantan anggota legislatif, John Lewis.

“Saya tekankan, saya tidak akan membiarkan debat berkepanjangan menghalangi hak untuk memilih,” lanjut Biden.

Pada 7 Maret 1965, ratusan aktivis hak asasi manusia diserang polisi Alabama saat berusaha menyeberangi Jembatan Edmund Pettus dalam pawai menuju ibukota Alabama, Montgomery.

Polisi mengejar laki-laki, perempuan dan anak-anak sambil mengayunkan tongkat polisi, cambuk dan pipa karet yang dibungkus kawat berduri.

Alih-alih menghalangi aktivis, polisi malah menyerang secara brutal para demonstran sehingga memicu rakyat seluruh negeri ikut dalam aksi tersebut yang berujung pada pengesahan UU Hak Memilih yang melarang diskriminasi rasial di tempat pemungutan suara.

Setelah tiga kali berusaha mencapai Montgomery, para aktivis akhirnya sampai di ibukota Alabama ini.