JAVAFX – Tensi perang dagang memanas terus tekan dolar AS pada perdagangan pasar uang Asia Pasifik hingga jelang siang hari ini, di mana kondisi ini merupakan kelanjutan dari kondisi sebelumnya dengan keinginan pasar yang masih ingin menekan mata uang AS tersebut.
Melihat pada perdagangan sebelumnya, pada perdagangan sebelumnya, pergerakan dolar AS mengalami tekanannya dari beberapa mata uang utama dunia lainnya, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup menguat di level 1,1776, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3264, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7290 dan USDJPY ditutup menguat di level 112,46.
Dan untuk sementara di siang ini, EURUSD bergerak di level 1,1783, GBPUSD bergerak di level 1,3273, AUDUSD di level 0,7294 dan yen di level 112,73.
Kondisi yen kali ini masih melemah terhadap dolar AS lagi setelah beberapa waktu lalu menguat terkait kebijakan bank sentral Jepang untuk terus melakukan operasi pasar, telah berhasil meredam pelemahan yen sehingga siang ini sedang melemah lagi. Gejolak perang tarif sedikit banyak memang tidak berimbas besar kepada yen. Namun Jepang akan mudah menjadi target baru dari tarif Trump, sehingga yen masih rentan terkena tekanan dari mata uang utama dunia lainnya.
Sebelumnya yen terus bertahan dari gempuran dolar AS, diiringi juga mulai melemahnya mata uang kawasan Eropa seperti euro dan pound yang tergerus oleh situasi perang tarif dan berbagai bentuk krisis lainnya seperti krisis Argentina dan Turki. Potensi kebijakan Presiden Trump untuk memberikan tarif barang terhadap sistem perdagangannya telah membuat beberapa negara tujuan proteksi telah melakukan tindakan balasan berupa pemberian tarif juga terhadap barang-barang asal AS.
Sejauh ini pihak China masih gagal mencari kesepakatan baru dengan AS hari ini sehingga tensi perang dagang makin memanas. Produk China senilai $200 milyar terkena tarif baru dan akan berlanjut dengan tarif baru juga mulai awal tahun depan jika keduanya gagal mencapai kesepakatan baru. Kondisi ini tentu membuat situasi menjadi tidak kondusif sehingga aksi safe haven sempat marak terjadi. Trump ingin menekan China yang sulit melakukan negosiasi perdagangan sehingga Trump menganggap tidak adil kondisi ini.
Meskipun Trump sering menekan China dengan tarif, namun China sendiri seolah tidak menggubris tekanan dari Trump tersebut. Padahal kinerja ekonomi China juga sudah mulai merendah kualitasnya sehingga bisa mendorong pemberian bantuan likuiditas lebih besar.
Harapannya aksi safe haven dolar tidak terjadi mengingat kondisi tensi perang dagang akan selalu diikuti oleh aksi safe haven karena inflasi di AS akan mengalami kenaikan sehingga keinginan naiknya suku bunga the Fed makin membesar. Faktor pemberian likuiditas yang berlebih bagi devaluasi yuan kemungkinan besar masih akan terjadi sehingga peluang pelemahan mata uang AS masih terlihat jelas.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi