JAVAFX – Tekanan jual harga emas terus hadir pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana sisi jual emas bisa kembali ada dengan rasa optimis the Fed yang kanaikan suku bunganya tidak diinginkan Presiden Trump sebetulnya.
Sisi jual emas untuk sementara akan muncul lagi di siang ini, meski beberapa malam lalu Presiden Trump sempat berkeluh kesah ke publik bagaimana kesalnya dia melihat suku bunga the Fed terus naik sehingga membuat dolar AS terus menguat dan bisa membuat defisit perdagangannya melebar dan negara lain yang menikmatinya. Trump juga kesal karena China dan Uni Eropa telah memanipulasi pelemahan mata uangnya serta menahan kenaikan suku bunganya sehingga dolar AS terus menguat selama ini.
Rupanya sinyal Trump tersebut cukup besar dan berpengaruh kuat ke harga emas, terbukti harga emas terus menghadapi dorongan beli lagi dari harga yang tertekan semenjak testimoni Powell pekan lalu. Ketua the Fed yang telah memberikan testimoninya kepada parlemen AS telah menyatakan bahwa pasar ingin tahu perkembangan lebih lanjut dari rencana kerja the Fed.
Faktor optimis Powell memang sempat terlontar pada pernyataannya, di mana perekonomian AS makin solid meskipun masalah perang tarif akan menghadangnya, telah sempat membuat harga emas berada di level rendah sejak akhir 2016 lalu. Kondisi tenaga kerja AS sedang ketat dan tingkat inflasi sedang berada di atas target bank sentral, sehingga ruang kenaikan suku bunga the Fed memang masih dibutuhkan ekonomi AS di masa mendatang. Sejauh inilah yang terus membuat emas terkendala penguatannya.
Hal ini membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $5,90 atau 0,48% di level $1219,70 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak negatif pada siang ini, sebagai bentuk aksi short-sell lanjutan alias mengambil aksi jual lanjutan dari perdagangan sebelumnya.
Penguatan emas berangsur-angsur mulai tergerus oleh situasi perang dagang yang masih terus dihembuskan Trump. Sebelumnya, seperti kita ketahui bahwa beberapa waktu lalu harga emas seringkali diakhiri dengan kondisi yang melemah, sebagai dampak dari meruncingnya perang dagang dan akan naiknya suku bunga AS. Pemerintah AS telah memberikan tarif bea masuk terhadap barang asal China, yang merupakan ancaman lanjutan dari Presiden Trump terhadap China yang belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS sehingga membuat AS merasa dirugikan olehnya.
Masalah perang dagang juga telah membuat inflasi di dunia meningkat. Situasi perang dagang yang memanas, memang kadang kala menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi