JAVAFX – Tekanan jual harga emas belum berakhir pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana sisi jual emas kembali muncul ditengah rasa optimis the Fed yang akan tetap menaikkan suku bunganya.
Sisi jual emas untuk sementara muncul lagi di siang ini, meski semalam Presiden Trump sedang berkeluh kesah ke publik bagaimana kesalnya dia melihat suku bunga the Fed terus naik membuat dolar AS menguat sehingga defisit perdagangannya melebar dan negara lain yang menikmatinya.
Rupanya sinyal Trump tersebut tidak berpengaruh kuat ke harga emas, terbukti harga emas terus menghadapi tekanan harga semenjak testimoni Powell pekan ini. Ketua the Fed yang telah memberikan testimoninya selama 2 hari di 2 tempat berbeda di mana mempunyai tema yang sama yaitu intinya pasar ingin tahu perkembangan lebih lanjut dari rencana kerja the Fed.
Faktor optimis Powell memang sempat terlontar pada pernyataannya, di mana perekonomian AS makin solid meskipun masalah perang tarif akan menghadangnya, telah sempat membuat harga emas berada di level rendah sejak akhir 2016 lalu. Kondisi tenaga kerja AS sedang ketat dan tingkat inflasi sedang berada di atas target bank sentral, sehingga ruang kenaikan suku bunga the Fed memang masih dibutuhkan ekonomi AS di masa mendatang.
Dan data klaim pengangguran semalam juga merupakan klaim yang terbaik dalam jangka waktu 50 tahun terakhir, menandakan kondisi tenaga kerja AS yang makin ketat. Masalah perang dagang AS dengan Uni Eropa juga menjadi salah satu penyebab harga emas terkoreksi. Uni Eropa berencana melakukan tarif produk asal AS senilai $3,8 milyar jelang KTT G20 akhir pekan ini.
Hal ini membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $2,10 atau 0,17% di level $1221,90 per troy ounce. Dan harga perak juga bergerak negatif pada siang ini, sebagai bentuk aksi short-sell lanjutan pasca koreksi di perdagangan sebelumnya.
Sebelumnya, seperti kita ketahui bahwa beberapa waktu lalu harga emas seringkali diakhiri dengan kondisi yang melemah, di mana bertengger lagi di level terendah tahun ini lagi dan terkoreksi lebih dari 1% sebagai dampak dari meruncingnya perang dagang dan akan naiknya suku bunga AS. Pemerintah AS telah memberikan tarif bea masuk terhadap barang asal China, yang merupakan ancaman lanjutan dari Presiden Trump terhadap China yang belum memperbaiki sistem perdagangannya dengan AS sehingga membuat AS merasa dirugikan olehnya.
Masalah perang dagang juga telah membuat inflasi di dunia meningkat. Situasi perang dagang yang memanas, memang kadang kala menguntungkan sisi jual emas di mana dengan kenaikan tarif maka harga barang akan naik pula, dan itu artinya inflasi AS akan naik. Sejalan dengan keinginan the Fed yang senang menaikkan suku bunganya, maka naiknya inflasi justru akan sangat mendukung fokus kerja the Fed tersebut, yaitu naiknya suku bunga. Mendengar suku bunga naik maka harga emas akan terkoreksi atau terkontraksi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi