Tekan Inflasi, Bank Sentral AS Naikkan Suku Bunga Sebesar 0,25 Persen

0
57

Bank Sentral Amerika Serikat, pada Rabu (16/3), menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen dan menjabarkan rencana agresif untuk mendorong biaya pinjaman ke tingkat yang membatasi pada tahun depan, karena khawatir dengan inflasi yang tinggi dan perang di Ukraina yang menggantikan risiko akibat pandemi virus corona.

Dalam langkah yang mengejutkan, Bank Sentral Amerika memproyeksikan kenaikan suku bunga secara berkala sebesar 0,25 persen pada setiap dari enam pertemuan kebijakan the Fed tahun ini, yang akan mendorong suku bunga acuan ke kisaran antara 1,75 persen hingga 2 persen pada akhir tahun 2022.

Suku bunga diproyeksikan akan meningkat menjadi 2,8 persen pada akhir tahun depan, di mana angka tersebut berada di atas level 2,4 persen yang menurut para pejabat akan memperlambat perekonomian.

Berbicara di akhir pertemuan kebijakan yang berlangsung selama dua hari, Kepala Bank Sentral Amerika Jerome Powell mengatakan kondisi perekonomian AS masih kuat, dan jika diperlukan maka para pejabat akan menaikkan suku bunga lebih agresif dalam pertemuan mendatang untuk mengendalikan inflasi.

“Kami akan melihat situasi yang berkembang, dan jika kami menyimpulkan bahwa akan lebih tepat untuk bergerak lebih cepat dengan menghapus akomodasi, maka kami akan melakukannya.” Powell mengatakan ekonomi Amerika kuat dan seharusnya “berkembang,” bahkan di lingkungan di mana biaya pinjaman meningkat dan stimulus akan dihilangkan.

“Ini jelas waktunya untuk menaikkan suku bunga dan memulai penyusutan neraca,” tambahnya.

Bagaimana pun juga perlambatan ekonomi mungkin sudah berlangsung.

Para pembuat kebijakan di Bank Sentral menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto tahun 2022 dari 4 persen yang diproyeksikan pada Desember lalu, menjadi 2,8 persen karena mulai mengabaikan risiko baru yang dihadapi ekonomi global.

“Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan kesulitan luar biasa pada manusia dan ekonomi.

Implikasinya terhadap ekonomi Amerika sangat tidak pasti, tetapi dalam waktu dekat, invasi dan peristiwa terkait lainnya kemungkinan akan menciptakan tambahan tekanan pada inflasi dan membebani kegiatan ekonomi,” tegasnya.