JAVAFX – Sterling anjlok tajam pada hari Rabu, sempat merosot hingga ke level $1.14500 atau ke level terendah sejak Oktober 2016 karena kekhawatiran likuiditas mengirim dolar melonjak naik dan memukul mata uang utama diseluruh dunia.
Poundsterling jatuh lebih dari 4% pada satu hari dan mencatat penurunan harga disaat referendum Brexit.
Kekhawatiran atas kejatuhan ekonomi dari pandemi coronavirus dan tindakan kebijakan moneter radikal dari Federal Reserve AS memberikan tekanan ke bawah lebih lanjut selama dua minggu terakhir karena investor berduyun-duyun ke penjaminan dolar.
Alasan utama permintaan dolar adalah kekhawatiran likuiditas di tengah volatilitas yang muncul dari pandemi. Dalam keadaan yang bergejolak seperti itu, perusahaan dan investor membutuhkan dolar untuk menyelesaikan transaksi, menurut ahli strategi UBS Dean Turner dan Thomas Flury.
UBS menyarankan dalam sebuah catatan Senin bahwa sterling sekarang diperdagangkan dengan diskon lebih dari 20% versus dolar, tetapi Turner dan Flury memproyeksikan rebound setelah ekonomi global stabil.
“Karena The Fed dan bank sentral lainnya berkoordinasi untuk menyediakan likuiditas dolar di seluruh dunia melalui alat-alat seperti jalur swap, kami berharap kekhawatiran itu menghilang, yang kemudian dapat menyebabkan rebound yang bisa sekeras kejatuhan dalam beberapa hari terakhir,” Turner dan Flury menambahkan.