Emas masih kesulitan untuk mendapatkan momentum yang signifikan, di mana hingga saat ini emas bergerak dalam kisaran 1.920-1.930 sepanjang sesi Asia. Bahkan, secara teknis, harga emas masih cukup rentan untuk berbalik arah dan kembali mencatat penurunan.
Reaksi awal pasar terhadap upaya pemberontakan oleh pasukan bayaran bersenjata di Rusia akhir pekan lalu ternyata hanya berlangsung sebentar mengingat sikap hawkish yang diambil oleh bank sentral utama, terus membatasi kenaikan emas.
Perlu diingat bahwa Reserve Bank of Australia (RBA) dan Bank of Canada (BoC) secara mengejutkan telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) awal bulan ini, sementara European Central Bank (ECB) minggu lalu menaikkan suku bunga ke level tertinggi 22 tahun diikuti oleh Bank of England (BoE), Swiss National Bank (SNB), dan Norges Bank yang juga menaikkan suku bunga acuan mereka pada Kamis lalu.
Federal Reserve (Fed) juga telah memberikan sinyal Kemungkinan biaya pinjaman perlu naik sebesar 50 basis poin menjelang akhir tahun ini. Selain itu, Ketua Fed Jerome Powell selama kesaksiannya di Kongres selama dua hari pekan lalu mengatakan bahwa bank sentral AS tidak berencana untuk melakukan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat dan akan menunggu sampai yakin bahwa inflasi bergerak turun menuju target 2%.
Investor minggu ini juga akan memperhatikan pidato dari Presiden ECB Christine Lagarde, Gubernur BoE Andrew Bailey, Ketua Fed Jerome Powell, dan Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda dalam sebuah diskusi panel di Sintra pada hari Rabu. Sementara itu, agenda ekonomi AS pada hari Selasa yang mencakup Durable Goods Orders, Indeks Kepercayaan Konsumen dari Conference Board, Penjualan Rumah Baru, dan Indeks Manufaktur Richmond, akan menjadi sorotan yang memberikan pengaruh terhadap harga emas. Namun, sisi negatif tampak terbatas mengingat adanya risiko resesi yang mengintai, yang cenderung menguntungkan emas sebagai safe haven (tempat perlindungan).
Para pelaku pasar tampak khawatir tentang hambatan ekonomi yang disebabkan oleh peningkatan biaya pinjaman secara cepat. Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa S&P Global pada hari Minggu mengurangi perkiraan pertumbuhan China tahun 2023 menjadi 5,2% dari 5,5%. Lembaga peringkat ini memperkirakan pemulihan ekonomi terbesar di Asia tersebut akan terus berlanjut, meskipun dengan kecepatan yang “tidak merata”.
Hal ini, pada gilirannya, berpotensi menahan investor untuk masuk posisi agresif pada harga emas, setidaknya untuk saat ini. Meskipun demikian, kurangnya daya tarik terhadap bullion secara signifikan menunjukkan bahwa tren penurunan baru-baru ini mungkin belum berakhir dan menguntungkan para pelaku pasar masih bersikap berhati-hati.
Fokus masih akan tertuju pada rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index AS, yang menjadi indikator inflasi pilihan Fed, yang akan memengaruhi harapan investor kebijakan apa selanjutnya yang akan diambil oleh Federal Reserve.