Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, meninggal dunia pada hari Jumat beberapa jam setelah beliau ditembak saat melakukan untuk pemilihan parlemen. Kejadian ini sangat mengejutkan bagi sebuah negara di mana kekerasan politik jarang terjadi dan senjata sangat diawasi dengan ketat.
Seorang pria menembaki mantan pemimpin terlama Jepang tersebut dari belakang dengan senjata rakitan saat berbicara di wilayah barat kota Nara, media Jepang melaporkan. Ini menjadi pembunuhan pertama terhadap seorang pejabat atau mantan perdana menteri Jepang sejak zaman militerisme sebelum perang di tahun 1930-an.
Rumah sakit yang mencoba menyelamatkannya mengatakan Abe meninggal pada pukul 17.03 waktu setempat, sekitar lima setengah jam setelah dia ditembak. Seorang dokter mengatakan Abe kehabisan darah karena dua luka dalam, satu di sisi kanan lehernya. Dia tidak memiliki tanda-tanda vital ketika dia dibawa masuk.
Berbicara sebelum kematian Abe diumumkan, Perdana Menteri Fumio Kishida mengutuk peristiwa penembakan tersebut, sementara rakyat Jepang dan para pemimpin dunia menyatakan keterkejutannya.
“Serangan ini adalah tindakan kebrutalan yang terjadi selama pemilihan – dasar dari demokrasi kita – dan benar-benar tidak dapat dimaafkan,” kata Kishida, yang berusaha menahan emosinya.
Abe sedang membuat pidato kampanye di luar stasiun kereta api ketika dua tembakan terdengar sekitar pukul 11:30 waktu setempat. Petugas keamanan kemudian terlihat menangkap seorang pria yang mengenakan T-shirt berwarna abu-abu dan celana panjang krem.
“Ada ledakan keras dan kemudian asap,” kata pengusaha Makoto Ichikawa, yang berada di tempat kejadian, kepada Reuters, dan menambahkan bahwa pistol itu seukuran kamera televisi.
“Tembakan pertama, tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi, tetapi setelah tembakan kedua, apa yang tampak seperti polisi khusus menanganinya.”