Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Senin (14/3) menyatakan bahwa setelah mengumumkan perincian perjanjian AUKUS terkait kapal selam dengan Inggris dan Australia, dia bakal segera berbicara dengan Presiden China Xi Jinping Perjanjian AUKUS itu adalah untuk menyediakan Australia dengan kapal selam nuklir yang bertujuan membendung kekuatan China di kawasan Indo-Pasifik.
Beijing telah mengutuk perjanjian AUKUS tersebut sebagai tindakan yang melanggar aturan proliferasi nuklir.
Ketika ditanyakan apakah Biden merasa cemas bahwa China akan melihat perjanjian kapal selam AUKUS sebagai agresi, Biden menjawab “tidak”.
Kemudian, ketika ditanyakan apakah akan berbicara dengan Xi segera, Biden menyatakan “ya”, tetapi untuk pertanyaan lainnya mengenai apakah dia akan memberi tahu wartawan kapan kedua kepala negara itu akan berbicara, Biden menjawab “tidak”.
Sebelumnya, Biden pada pertengahan Februari menyatakan akan berbicara dengan Xi mengenai pernyataan Amerika Serikat tentang balon mata-mata China yang terbang di atas wilayah udara Amerika sehingga memperburuk ketegangan yang telah ada, tetapi pembicaraan tersebut belum pernah diumumkan.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan menyatakan pekan lalu bahwa Amerika Serikat ingin membangun kembali komunikasi reguler dengan China.
Biden diharapkan akan berbicara dengan Xi melalui jaringan telepon beberapa waktu setelah pemerintah China kembali bekerja menyusul Kongres Rakyat Nasional tahunan yang berakhir Senin.
“Kompetisi membutuhkan dialog dan diplomasi.
Kami mendorong RRC (Republik Rakyat China) menggelar pola komunikasi yang teratur pada tingkat senior,” kata Sullivan kepada sejumlah wartawan pekan lalu ketika membahas isu AUKUS dalam kaitannya dengan China.
Sullivan menambahkan bahwa selama 18 bulan terakhir, pihaknya telah berkomunikasi dengan China mengenai AUKUS dan mencari lebih banyak informasi dari mereka mengenai maksud penumpukan militer China, termasuk kapal selam bertenaga nuklir.
The Wall Street Journal melaporkan pada Senin bahwa Xi berencana berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Pembicaraan tersebut kemungkinan terjadi setelah kunjungan Xi ke Moskow pekan depan untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut laporan tersebut.
Sullivan memberi tahu wartawan bahwa Washington secara terbuka dan secara pribadi telah mendorong Xi untuk berbicara dengan Zelenskyy agar Xi tidak hanya mendengar perspektif Rusia terkait peperangan.
Sullivan menambahkan bahwa Ukraina belum mengonfirmasi adanya pembicaraan melalui telepon antara Xi dan Zelenskyy.