Bagi Senator Hawaii, Christopher Lee, Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara punya banyak kesamaan dengan negara bagian ke-50 Amerika Serikat.
Kedua kepulauan yang terpisah jarak ribuan kilometer sama-sama punya alam yang indah dan sumber daya laut melimpah.
Tak cuma itu, keduanya juga punya masyarakat adat yang rentan terdampak perubahan iklim yang merusak sumber daya laut yang menjadi sumber penghidupan mereka.
Oleh karena itu, kata Lee, penting untuk memulai transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, seperti panel surya, di pulau-pulau kecil untuk memitigasi pemanasan global.
“Pulau ini (Wakatobi) lebih siap dan posisinya lebih baik dari banyak pulau-pulau lain yang saya pernah lihat untuk memanfaatkan tenaga surya.
Tidak hanya bagi rumah-rumah, tetapi juga bisnis-bisnis besar.
Jadi bisa mengurangi tagihan listrik dan memastikan jaringan listrik yang lebih bersih dan andal,” kata Senator Lee dalam wawancara dengan VOA pada akhir Juni di Jakarta.
Saat ini, Wakatobi mendapat pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
Bahan bakar solar untuk PLTD didatangkan dari luar kepulauan yang pantainya menjadi salah satu surga bagi para penyelam.
Dari 16 Juni sampai dengan 24 Juni lalu, Senator Lee berada di Indonesia untuk program pertukaran yang diinisiasi oleh Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI), program program pertukaran antar profesional muda di Amerika Serikat dan negara-negara di Asia Tenggara yang mencakup negara-negara ASEAN dan Timor-Leste.
Kabupaten Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi tujuan utama Lee untuk melihat implementasi program fasilitasi perizinan pemanfaatan ruang laut bagi masyarakat adat di Wakatobi.
Program terkait masyarakat adat itu tersebut diusulkan oleh Amelia Setya Nur Kumala dari Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk program pertukaran YSEALI Professional Fellow yang dia ikuti pada 2022.
Belajar dari Hawaii Keberpihakan Lee pada pembangkit energi terbarukan, terutama pemanfaatan tenaga surya, untuk memenuhi kebutuhan energi di pulau-pulau kecil berangkat dari pengalamannya hidup di Hawaii.
Lahir dan besar di Hawaii, Lee menyaksikan pantai-pantai pulau itu terkikis, pasokan air tawar berkurang dan peningkatan frekuensi badai akibat perubahan iklim.
Lee, yang juga senator termuda di Senat Negara Bagian Hawaii saat terpilih pada 2005, tidak tinggal diam.
Sebagai langkah awal, dia berhasil menggolkan undang-undang terobosan yang menjadikan Hawaii, negara bagian pertama di AS yang memandatkan 100 persen listrik dari energi terbarukan pada 2045.
Dari pengesahan undang-undang tersebut, warga Hawaii mulai memasang panel surya di rumah-rumah mereka untuk mendapatkan pasokan listrik secara mandiri.
Ketika makin banyak konsumen di pulau itu yang memasang panel surya, perusahaan-perusahaan listrik mulai berusaha menghadang upaya itu.
Tak tinggal diam, Lee mengadakan konsultasi publik dan meloloskan undang-undang yang memerintahkan perusahaan listrik untuk memberi konsumen kebebasan memanfaatkan tenaga surya.
Transisi dari energi fosil ke panel surya yang lebih murah juga berhasil membantu Hawaii menghemat lebih dari setengah miliar dollar dan mengurangi tarif listrik di Honolulu sebesar 20 persen.
Keberhasilan Lee melakukan terobosan regulasi membuatnya dijuluki “Juara Surya” nasional.
“Ini kisah yang sama yang terjadi di Hawaii, di Indonesia, Wakatobi, dan di negara-negara kepulauan di Pasifik.
Kita menyaksikan kenaikan permukaan air laut, punahnya terumbu karang dan perubahan pola cuaca yang mengurangi pasokan air tawar,” kata Lee.
“Jadi, masuk akal bagi saya untuk melakukan sesuatu.” Menurut Lee, Hawaii sudah berhasil meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi negara bagian itu menjadi 40 persen, dari 10 persen pada 10 tahun lalu.
Dengan kondisi geografi dan iklim yang mirip Hawaii, Lee yakin model pembangunan listrik panel surya bisa diterapkan di Wakatobi.
Apalagi, di Wakatobi masih banyak lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk memasang instalasi panel surya dan baterai penyimpanan.
“Di pulau-pulau kecil, seperti Wakatobi, ada komunitas dan desa yang lebih kecil.
Anda bisa menghubungkan satu rumah dengan rumah lainnya dalam satu jaringan sistem kelistrikan yang mandiri.
Ini lebih murah daripada mengubah jaringan listrik untuk jutaan orang,” kata Lee.
Lebih jauh, Lee mengatakan secara umum Indonesia punya fleksibilitas membangun jaringan listrik dari sumber energi hijau dibandingkan Hawaii karena masih banyak pulau-pulau kecil di Indonesia belum terpasang jaringan listrik yang bersumber dari energi fosil seperti batu bara atau solar, katanya.
“Transisi energi di pulau-pulau kecil di Indonesia, seperti di Wakatobi, lebih mudah daripada di Hawaii karena kami harus bersaing dengan warisan infrastruktur listrik yang mahal.
Kami harus memikirkan secara finansial bagaimana transisi berjalan,” imbuhnya.
Jadi, transisi energi lebih mudah dimulai dari pulau-pulau kecil daripada langsung dalam skala besar, ujarnya.
Kemitraan dengan masyarakat lokal Senator Lee mengatakan dia sudah mendiskusikan dengan Pemerintah Kabupaten Wakatobi kemungkinan kerja sama antara pihak swasta Hawaii, Pemkab Wakatobi, dan masyarakat untuk pemasangan instalasi panel surya di rumah-rumah.
Dia berharap bisa memulai mendiskusikan potensi kemitraan itu dengan sejumlah pebisnis dan pakar di Hawaii.
“Dan jika kami bisa membentuk satu tim, kami ingin membawa tim ini ke Indonesia atau ke Wakatobi untuk menunjukkan bagaimana bisa bermitra dengan masyarakat untuk memulai langkah pertama menuju masa depan yang lebih murah, bersih, dan berkelanjutan,” kata Lee.
Menurut Amelia, yang mendampingi Senator Lee selama di Indonesia, Bupati Wakatobi H.
Haliana menyambut baik masukan Lee mengenai energi terbarukan, pengelolaan sampah, advokasi masyarakat adat dan pariwisata.
“Saya melihatnya ini membuka peluang negara bagian Hawaii untuk bekerja sama dengan Sulawesi Tenggara, khususnya Wakatobi.
Hawaii bisa memberi banyak masukan tentang renewable energy (energi terbarukan).
Banyak potensi investasi di Wakatobi dan belum optimal,” ujar Amelia, yang sempat magang di kantor Senator Lee di Hawaii pada October 2022 untuk YSEALI Professional Fellow.
Dia menambahkan Pemkab Wakatobi tertarik membentuk Sister City atau Sister State dengan Hawaii.
“Nanti Senator Lee akan mendiskusikan dengan pemerintah negara bagian Hawaii bagaimana bentuk kerja samanya,” imbuh Amelia.