Senat Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/12) sepakat untuk menaikkan pagu utang pemerintah federal sebesar $2,5 triliun, menjadi sekitar $31,4 triliun, dan mengirimkan proposal tersebeut ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diharapkan dapat meloloskannya dan mencegah default (gagal bayar) yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemungutan suara yang berakhir dengan hasil 50-49, di mana angka tersebut mewakili jumlah anggota masing-masing partai di Senat, terjadi setelah kebuntuan yang berlangsung selama berbulan-bulan antara kubu Demokrat dan Republik.
Partai Republik berusaha memaksa partai Presiden Joe Biden itu untuk menaikkan pagu utang sendiri dari level $28,9 triliun saat ini, yang akan dijadikan senjata untuk menyerang Partai Demokrat dalam pemilihan anggota kongres pada 2022.
Kesepakatan pekan lalu antara Pemimpin Mayoritas Senat Demokrat Chuck Schumer dan mitranya dari Partai Republik, Mitch McConnell, memungkinkan pemungutan suara pada Selasa (14/12), menghindari aturan normal Senat yang membutuhkan sedikitnya 60 suara dari 100 anggota majelis untuk meloloskan sebagian besar undang-undang.
DPR yang dipimpin Demokrat juga perlu menyetujui RUU tersebut sebelum mengirimkannya ke presiden Biden untuk ditandatangani dan disahkan menjadi undang-undang.
Schumer mengatakan kenaikan itu akan menutupi kebutuhan pemerintah hingga tahun 2023, melampaui pemilihan paruh waktu 8 November yang akan menentukan kendali di Kongres.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang itu sebelum Rabu (15/12).
Di DPR, seorang anggota dari Partai Republik, Jodey Arrington, mengatakan kepada Komite Aturan DPR bahwa dia kecewa karena rekannya McConnell telah menyetujui kesepakatan itu.
“Tingkat utang negara berada pada level tertinggi sejak Perang Dunia Kedua dan “kita tidak berada dalam perang,”” kata Arrington.