Senat AS Bebaskan Trump dari Dakwaan Hasut Kerusuhan di Gedung Kongres

0
70

Senat Amerika Serikat pada hari Sabtu membebaskan mantan Presiden Donald Trump dari dakwaan pemakzulan yang mendakwanya sebagai pemicu kerusuhan 6 Januari di gedung Capitol.

Dengan hasil pemungutan suara 57-43, para senator memutuskan untuk menuntut pertanggungjawaban dari Trump atas upaya para pendukungnya untuk membatalkan penghitungan hasil suara Electoral College (suara perwakilan) yang memenangkan Joe Biden dari Partai Demokrat.

Hasil suara pemungutan senat itu masih kurang 10 suara dari 67 yang dibutuhkan untuk menjatuhkan hukuman.

Kerusuhan 6 Januari oleh pendukung Trump di gedung Capitol menewaskan lima orang, melukai ratusan lainnya dan sempat menunda proses sertifikasi hasil pemilihan presiden, tetapi 57 senator memberikan suara pada hari Sabtu (13/2) yang menyatakan mantan Presiden Donald Trump bertanggung jawab langsung dan menghasut kerusuhan itu.

Namun, 57 suara senator itu tidak memenuhi dua pertiga mayoritas Senat, atau kurang 10 suara dari 67 yang dibutuhkan untuk menjatuhkan hukuman terhadap diri mantan presiden itu.

Tujuh senator dari Partai Republik bergabung dengan rekan-rekan mereka dari Partai Demokrat untuk menghukum Trump.

Sidang pemakzulan mantan presiden Amerika itu juga merupakan yang tercepat – lima hari yang padat, termasuk kesempatan bagi manajer pemakzulan DPR untuk memperagakan rekaman video baru ketika Wakil Presiden Mike Pence dan para anggota kongres berada hanya beberapa langkah dari para perusuh.

Jamie Raskin, anggota DPR dari Partai Demokrat, adalah manajer pemakzulan.

“Kasus ini mengenai apakah negara kita menuntut alih kekuasaan yang damai dan tanpa kekerasan untuk menjamin kedaulatan rakyat.” Para pengacara Trump mendengar kesaksian pada menit-menit terakhir yang menuduh mantan presiden Trump sadar bahwa Pence dalam bahaya dan dia masih gagal melindunginya.

Mereka berargumen bahwa pernyataan Trump dalam rapat umum “Hentikan Pencurian” (“Stop the Steal”) beberapa saat sebelum kerusuhan itu dilindungi kebebasan berbicara yang tidak secara langsung memengaruhi para perusuh.

Michael Van Der Veen adalah salah seorang pembela Trump.

“Tidak peduli seberapa banyak rekaman yang benar-benar mengerikan yang kami lihat dari perilaku para perusuh, dan seberapa banyak emosi yang telah disuntikkan ke dalam sidang ini.

Semia itu tidak mengubah fakta bahwa Trump tidak bersalah atas tuduhan terhadapnya.” Tetapi Senator Mitt Romney – yang nyaris terkejar oleh para perusuh – bergabung dengan enam anggota Partai Republik lainnya untuk menghukum presiden, sebuah pertanda bahwa mungkin ada perubahan dalam partai itu.

John Hudak adalah analis dari Brookings Institution, sebuah lembaga studi kebijakan di Washington, D.C.

“Toleransi Partai Republik terhadap perilaku Presiden Trump ada batasnya, dan mungkin pertanda itu akan kita saksikan di masa depan, sampai seberapa jauh partai bersedia merangkul Trump, atau seberapa besar upaya Partai untuk menjauhkan diri dari mantan presiden itu.” Lebih dari 200 perusuh telah didakwa atas tindakan mereka pada 6 Januari – hari yang menurut para anggota kongress dan analis bisa menjadi titik balik dalam penyalahgunaan kekuasaan presiden, seperti dikatakan oleh Jeremy Mayer, guru besar ilmu pemerintahan dan kebijakan dari Universitas George Mason.

“Anggota kongres dari Partai Demokrat selalu tahu ini akan sangat sulit.

Tapi, saya kira mereka merasa bahwa jika mereka tidak mendakwanya, maka akan terjadi preseden bahwa presiden pada masa depan dapat melakukan hal-hal buruk, dan lolos dari hukuman,” kata Mayer.

Trump adalah satu-satunya presiden yang sejauh ini pernah dimakzulkan dua kali.

Keputusan pembebasan hukuman dari Senat membuatnya bebas untuk berusaha mengejar jabatan politik lebih lanjut, termasuk mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada tahun 2