Anggota fraksi Republik di Senat AS diperkirakan akan menghalangi legislasi yang menyerukan pembentukan panel untuk menyelidiki kerusuhan maut 6 Januari di gedung Kongres AS, yang bertujuan untuk mencegah penetapan kemenangan Joe Biden dari partai Demokrat atas Donald Trump dalam pemilihan presiden.
Pemungutan suara mengenai legislasi itu semula diperkirakan berlangsung Kamis tetapi tertunda oleh pertimbangan yang berlangsung lama mengenai legislasi lainnya.
Trump meminta ribuan pendukung yang telah datang ke Washington guna mengikuti protes “agar berjuang mati-matian” untuk membalikkan kekalahannya tidak lama sebelum kerusuhan yang menewaskan lima orang, termasuk seorang polisi federal.
Fraksi Republik diperkirakan akan menggunakan taktik prosedural yang dikenal sebagai filibuster untuk menghalangi legislasi itu, yang akan meluncurkan penyelidikan bipartisan terhadap kerusuhan itu.
Jika fraksi Republik mendapatkan hasil yang mereka inginkan, ini akan menjadi keberhasilan pertama menggunakan filibuster dalam masa kepresidenan Biden untuk menghentikan tindakan legislatif Senat.
Filibuster memerlukan supermayoritas senator, artinya 60 dari 100 anggota Senat harus mendukung diloloskannya legislasi itu.
Karena Senat yang beranggotakan 100 orang itu terbagi sama rata, Demokrat memerlukan 10 anggota fraksi Republik untuk mendukung legislasi tersebut.
Ini kemungkinan besar tidak tercapai karena banyak senator Republik yang tetap setia kepada Trump dan diperkirakan akan mengikuti pemimpin Republik di Senat Mitch McConnell.
McConnell, yang pernah mengatakan Trump bertanggung jawab “memprovokasi” kerusuhan itu, baru-baru ini mengesampingkan legislasi itu yang disebutnya tidak lebih dari “latihan politik” karena komite-komite di Senat telah menyelidiki tentang kelemahan dalam pengamanan.
DPR yang dikuasai fraksi Demokrat, yang beranggotakan 435 anggota, sebelumnya meloloskan legislasi itu dengan dukungan beberapa anggota fraksi Republik.