Emas menguat tajam pada perdagangan selasa setelah menyentuh level tertinggi di hampir empat bulan terakhir. Kenaikan emas tak lepas dari melemahnya dolar AS dan pasar masih mempercayakan emas sebagi lindung nilai terhadap inflasi.
Emas spot terpantau naik 0.2% di level $1,868.30 per ons, setelag di awal sesi sentuh level tertinggi nya sejak 29 Januari. Sementara emas berjangka AS menguat 01% menjadi $1,869.60 per ons.
Cukup jelas yang menjadi penyebabnya adalan adalah peralihan fokus menuju inflasi. Namun mungkin lebih diperburuk lagi dengan melemahnya dolar AS yang mana bisa saja menjadi penggerak utama.
Analis juga mencatat bahwa aliran masuk ke dana yang diperdagangkan di bursa emas menunjukkan bahwa investor membeli emas untuk melindungi nilai dari kekhawatiran inflasi.
Kepemilikan SPDR Gold Trust, dana berbasis emas yang diperdagangkan di bursa terbesar di dunia, naik 0,7% menjadi 1.035,93 ton pada hari Senin, tertinggi sejak akhir Maret.
Menyusul kenaikan harga di Amerika Serikat, risalah pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang prospek kebijakan moneter bank sentral dan pandangan pembuat kebijakan tentang inflasi.
Presiden Bank Fed Dallas Robert Kaplan menegaskan kembali pandangannya bahwa dia tidak mengharapkan suku bunga naik sampai tahun depan.
Fed kemungkinan tidak akan tergoda untuk mengguncang perekonomian dalam hal pemulihan yang saat ini masih mengumpulkan beberapa momentum. Menaikkan suku bunga atau membahas tentang tapering pada tahap ini mungkin akan kontraproduktif dengan target dari Federal Reserve.
Kenaikan emas juga terbantu secara tehnis, di mana grafik emas menembus di atas moving average 200 hari, yang dianggap sebagai sinyal bullish.
Pada perdagangan lainnya, palladium naik 1.1% menjadi $2,932, sementara platinum turun 0.6% menjadi $1,232. Perak melonjak naik 1.1% menjadi $28.49, setelah sentuh level tertingginya sejak 2 Februari pada sesi hari ini.