JAVAFX – Pada hari Jumat (28/2), Bursa saham global merupakan perdagangan minggu terburuk sejak krisis keuangan pada 2008 ketika para investor bersiap menghadapi kekhawatiran virus Covid-19 yang berubah menjadi pandemi dan memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Ancaman global yang memburuk dari penyebaran virus telah mendorong para investor untuk meningkatkan taruhan terhadap kebijakan The Fed mengenai kemungkinan untuk melakukan pemangkasan suku bunga pada bulan depan guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Virus ini sekarang menyebar lebih cepat di luar Cina daripada di dalam, memicu kekhawatiran bahwa dampak ekonomi dari pembatasan perjalanan, gangguan rantai pasokan dan penurunan permintaan mungkin jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Upaya untuk menahan wabah telah melumpuhkan sebagian besar ekonomi China, yang perlahan-lahan kembali normal. Ada kekhawatiran bahwa negara-negara lain dapat menghadapi masalah yang sama dengan penyebaran virus di seluruh dunia.
MSCI all country world index (MIWD00000PUS) turun 3,3% pada Jumat pagi dengan penurunan minggu sebesar 8,9%, yang berada dalam tren penurunan mingguan terbesar sejak penurunan 9,8% pada November 2008.
Saham Wall Street memimpin penurunan dengan S&P 500 turun 4,42%, persentase penurunan terbesar sejak Agustus 2011, sementara Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 1.190,95 poin.
Di Asia, indeks regional MSCI tidak termasuk Jepang (MIAPJ0000PUS) turun 0,6%. Nikkei 225 Jepang (N225) melemah 2,5% karena meningkatnya kekhawatiran bahwa Olimpiade yang direncanakan pada peiode Juli hingga Agustus dapat dibatalkan karena wabah virus tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan semua negara perlu mempersiapkan diri untuk memerangi corona ketika wabah menyebar ke negara-negara maju seperti Jerman dan Prancis.
Kekhawatiran kemerosotan ekonomi menurunkan harga minyak ke level terendah dalam lebih dari setahun. Minyak mentah berjangka AS (CLc1) turun menjadi $46.28 per barel.