JAVAFX – Pada perdagangan saham di hari Jumat (21/2), bursa Asia terpantau anjlok karena wabah virus corona semakin meluas dan investor melihat bahwa pengalihan dana ke aset Amerika Serikat dinilai lebih aman dan mendorong penguatan dolar AS ke posisi tertinggi dalam tiga tahun.
Indeks MSCI untuk Bursa Asia Pasifik di luar Jepang (MIAPJ0000PUS) turun 0,8%, Indeks KOSPI turun 1,2% karena virus menyebar di negara itu, Indeks Nikkei 225 menurun 0,3% setelah yen turun untuk membantu peningkatan ekspor.
Menambah ketegangan adalah rilis survei manufaktur untuk berbagai negara. Indeks Jepang turun menjadi 47,6 pada Februari, dari 48,8, menandai kontraksi paling tajam dalam tujuh tahun.
Tadi malam, Wall Street melemah di tengah berita meningkatnya infeksi virus covid-19 di luar negeri. Korea Selatan melaporkan 52 kasus baru yang dikonfirmasi pada hari Jumat.
Penghasilan perusahaan semakin terancam karena produsen AS seperti banyak yang lain, berebut untuk mencari sumber-sumber alternatif ketika rantai pasokan Cina mulai menurunkan produksi.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan kerugian maskapai Asia bisa mencapai hampir $28 miliar pada tahun ini, sebagian besar berasal dari Cina.
Emas bersinar sebagai safe haven dan naik ke level tertinggi dalam tujuh tahun, setelah naik 2,5% berada di $1,623.94 dalam minggu ini.
Pada perdagangan di New York Mercantile Exchange, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman di bulan April turun 0,52% berada pada lebel $53,60 per barel. Minyak mentah kemungkinan akan mendapat support di level $50,88 dengan resistance $54,63.
Ketegangan di Libya yang telah menyebabkan penutupan pelabuhan dan ladang minyak negara itu tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir, sementara sanksi AS terhadap anak perusahaan utama minyak negara Rusia yakni Rosneft untuk memotong pasar minyak mentah Venezuela telah membantu menghidupkan kembali kekhawatiran pasokan minyak global.
Pemerintah China mengumumkan korban meninggal akibat terinfeksi cirus corona di provinsi Hubei kini mencapai 2.244 orang. Pihak berwenang terus meningkatkan penanganan dengan melakukan pencegahan penyebaran wabah virus tersebut yang terus menelan korbannya.
Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan angka-angka kasus kematian terbaru sekitar 115 jiwa dengan jumlah total kasus di Tiongkok menjadi lebih dari 75.000 dengan 2.233 kematian di China daratan, 11 lainnya di tujuh negara yakni Korea Selatan, Iran, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Filipina dan Prancis. Ada 411 kasus baru di provinsi itu dengan 319 orang di Wuhan dan sisanya tersebar di beberapa kota lain.