Saham Asia Sedikit Tersenyum Ketika Corona Terus Menyebar Teror

0
72

JAVAFX – Bursa saham Asia sedikit menguat pada perdagangan hari Selasa (11/2) karena investor mencoba menilai seberapa cepat pabrik-pabrik China dapat kembali bekerja ketika virus corona terus menyebar teror kematian.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1%, Indeks S&P 200 naik 0,6% dan Indeks KOSPI (KS11) menguat 0,7%.

Nikkei Jepang (N225) ditutup untuk liburan, meskipun futures (NKc1) hanya diperdagangkan menguat.

Secara tak terduga korban dari virus corona terus meningkat dan hingga saat ini masih belum ditemukan obat penawar yang bisa menghambat penyebaran dan menyembuhkan korban yang terinfeksi.

Jumlah korban yang meninggal dunia karena akibat terjangkit virus corona hingga berita ini dirilis pada hari Selasa (11/2) kini bertambah 108 jiwa naik dari 97 pada hari sebelumnya. Dikutip dari AFP, kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China.

Kementerian Kesehatan China seperti dilansir AFP mencatat ditemukan ada 2.478 kasus baru yang dikonfirmasi terakhir pada 10 Februari waktu setempat, turun dari 3.062 pada hari sebelumnya dan dengan total jumlah kematian di daratan sekarang telah mencapai 1.016 jiwa.

Namun jumlah penderita melonjak menjadi 42.638 di seluruh dunia, dari semula 40.171 kasus pada Senin kemarin. Sebagian besar dari korban tewas baru itu terjadi di Ibu Kota Hubei di Wuhan, tempat virus itu diyakini bermula.

Keuntungan datang bahkan ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan penyebaran virus corona di antara orang-orang yang belum pernah ke China bisa menjadi “percikan api yang menjadi api yang lebih besar”.

Di Cina, pabrik lambat dalam pembukaan kembali setelah istirahat Tahun Baru Imlek yang diperpanjang, analis terkemuka di JPMorgan (NYSE: JPM) kembali menurunkan perkiraan untuk pertumbuhan kuartal pada ini.

“Wabah virus corona benar-benar mengubah dinamika ekonomi Tiongkok. Dimana penutupan akses di beberapa sektor pariwisata, produksi pabrik, perkantoran yang berkepanjangan. Namun, saat ini ada beberapa pekerja kantor sudah memulai aktivitasnya dengan harapan bisa kembali mengangkat nilai perekonomian.

Mereka berasumsi penyebaran virus corona berakhir pada bulan Maret dan pabrik-pabrik akan perlahan-lahan memulai aktivitasnya kembali, meskipun situasinya tetap tidak pasti. Dalam hal ini, pertumbuhan akan mengerem tajam ke sekitar kecepatan tahunan 1% di kuartal pertama, sebelum rebound ke 9,3% di kuartal kedua.

Jika penularannya tidak memuncak hingga April, pertumbuhan bisa berubah negatif pada kuartal pertama, dengan penyebaran rebound selama kuartal kedua dan ketiga.

Risikonya sedemikian rupa sehingga investor bertaruh pada lebih banyak stimulus dari Beijing, sementara sejumlah bank sentral lainnya berada di bawah tekanan untuk melindungi ekonomi mereka dengan pinjaman yang lebih murah.

Pasar menghargai lebih dari 40 basis poin pelonggaran tahun ini dari Federal Reserve dan lagi-lagi mendorong kurva imbal hasil Treasury negatif, untuk mencerminkan bahaya resesi.

Ketua Fed Jerome Powell muncul di hadapan Kongres pada hari Selasa dalam kesaksian diharapkan untuk mengulangi kembali bahwa ekonomi AS baik-baik saja tetapi suku bunga dapat tetap rendah mengingat inflasi yang lemah.

Indeks Dolar yang mengukut terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, dolar kembali berada pada level tertinggi sejak pertengahan Oktober di 98.858 (DXY).