JAVAFX – Pasar saham di seluruh Asia terpantau naik pada Selasa (17/12) pagi karena sentimen terus didukung oleh isu perang tarif perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang telah mencapai kesepakatan fase satu.
Indeks Shanghai dan S&P/ASX 200 Australia terpantau flat, sedangkan komponen Shenzhen naik 0,24% dan Komposit Shenzhen naik 0,18%. Indeks Hang Seng naik 0,61%, Indeks Nikkei 225 naik 0,31%, Indeks Kospi naik 0,60%.
Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan melonjak 0,39% lebih tinggi.
Dari pertemuan dibulan Desember Reserve Bank of Australia (RBA) memilih untuk membiarkan tingkat uang tunai tidak berubah pada 0,75% dan menunjukkan siap untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut jika diperlukan.
Para anggota sepakat bahwa akan penting untuk menilai kembali prospek perekonomian pada Februari 2020 mendatang, ketika Bank Dunia akan menyiapkan ramalan yang diperbarui dalam proyeksi perekonomian global. Sebagai bagian dari musyawarah, anggota mencatat bahwa RBA memiliki kemampuan untuk memberikan stimulus lebih lanjut kepada ekonomi, jika diperlukan.
Dolar Australia berakhir melemah pada dolar di level $0,6868 setelah rilis berita acara, jika dibandingkan pada level tertinggi sebelumnya di $0,6885.
Semalam di Wall Street, saham AS telah menembus rekor tertinggi. Indeks Dow Jones ditutup naik 100,51 poin pada 28.235,89, Indeks S&P 500 lompat 0,7% dilevel 3,191.45 sedangkan Nasdaq Composite melonjak 0,9% menjadi ditutup 8.814,23.
Setelah Amerika Serikat dan China pada hari Jumat lalu mengumumkan kemajuan pada perjanjian perdagangan untuk dengan segera akan mengakhiri masa kritis dari perang tarif perdagangan yang tengah melanda perekonomian kedua negara tersebut serta global, namun masih ada yang dipertanyakan yaitu pembelian pertanian.
Perdagangan bilateral adalah bagian penting dari perselisihan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia, terutama setelah kedua belah pihak memutuskan untuk memecah negosiasi menjadi beberapa fase, alih-alih menangani serangkaian kekhawatiran Amerika yang berkisar dari defisit perdagangan barang hingga mengatur ekonomi negara di negara itu.
Perdagangan antara AS dan China telah turun karena kedua belah pihak menerapkan tarif barang miliaran dolar dari yang lain. Pada tahun 2018, China menempati urutan kelima dari tujuan teratas untuk ekspor pertanian AS sebesar $9,2 miliar, turun dari tempat kedua setahun sebelumnya, menurut Departemen Pertanian Asing.
Dalam langkah pertama yang menggembirakan, AS menahan kenaikan tarif untuk barang-barang Tiongkok pada hari Minggu dan Beijing tidak melanjutkan dengan tarif pembalasan yang telah direncanakan. China juga telah meningkatkan pembelian kedelai Amerika tahun ini, meskipun diperkirakan secara keseluruhan akan menurunkan permintaan China untuk produk tersebut, menurut Dewan Ekspor Kedelai AS.
Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, terakhir dilevel 97,141 setelah menyentuh posisi terendah di bawah 97,0 kemarin.
Yen Jepang diperdagangkan menguat 109,5 melawan dolar, setelah melemah tajam dari level di bawah 108,8 akhir pekan lalu.
Harga minyak merosot di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan minyak mentah berjangka internasional Brent tepat di bawah garis datar di $65,32 per barel. Minyak mentah berjangka AS juga turun secara fraksional menjadi $60,16 per barel.