Saham Asia Beragam Ditengah Wabah Covid-19 Yang Bebani Sentimen Pasar

0
96

JAVAFX – Saham di Asia terpantau beragam pada perdagangan hari Rabu (12/2) pagi karena kekhawatiran atas wabah covid-19 masih berlangsung terus membebani sentiment pasar.

Di Jepang, Indeks Nikkei 225 naik 0,47%, sementara indeks Topix turun 0,2%.

Saham China Daratan bervariasi pada awal perdagangan, Indeks Shanghai turun 0,11% dan komponen Shenzhen naik 0,34%. Komposit Shenzhen naik 0,292%. Indeks Hang Seng melonjak 0,3%.

Sementara itu, indeks KOSPI fraksional lebih rendah. Indeks S&P/ASX 200 naik 0,49% karena saham Commonwealth Bank of Australia melonjak 3,53%.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan naik 0,28%.

Jumlah korban meninggal akibat dari terinfeksi virus corona di Provinsi Hubei, China melonjak hingga 1.107 jiwa pada hari Rabu (12/2) dengan jumlah orang yang terjangkit virus tersebut di China mencapai 33.366 orang dan angka kematian harian yang terus meningkat.

Kementerian Kesehatan China seperti dilansir AFP mencatat, jumlah korban yang meninggal dunia karena akibat terjangkit virus corona kini bertambah 94 mencapai 1.107 jiwa dan ada 1,638 kasus baru sehingga total menjadi 44,138 di seluruh dunia serta kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China.

Jumlah orang yang meninggal di luar China akibat virus corona sampai saat ini berjumlah dua orang, yakni di Filipina dan Hong Kong.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan nama resmi baru untuk virus corona yakni Covid-19. Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, nama itu dipilih untuk menghindari stigma terhadap ras tertentu, lokasi geografis atau spesies hewan. Covid-19 merupakan singkatan dari ‘co’ yang merujuk pada virus corona, ‘vi’ yang merupakan sebutan untuk virus, dan ‘d’ yang berarti penyakit (disease).

Ini adalah kedua kalinya dalam dua minggu terakhir bahwa pihak berwenang mencatat penurunan harian dalam kasus baru, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan penyebaran kasus di luar China bisa menjadi “percikan yang menjadi api yang lebih besar”.

Ratusan perusahaan di China mengatakan mereka sangat membutuhkan pinjaman dengan jumlah miliaran dolar untuk tetap bertahan dalam beberapa waktu dan sistem PHK terhadap pegawai telah dimulai, meskipun ada jaminan oleh Presiden China Xi Jinping bahwa tidak akan ada pemecatan sehingga akan dapat dihindari.

Ditempat lainnya, Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O’Brien mengatakan pada hari Rabu (12/2) bahwa, wabah virus corona dapat mengurangi pembelian produk pertanian AS di China pada tahun 2020, kejadian ini di bawah kesepakatan perdagangan Fase 1 yang ditandatangani oleh negara-negara tersebut.

Robert O’Brien dalam sebuah acara di Dewan Atlantik menjelaskan”Kami berharap dalam kesepakatan perdagangan Fase 1 akan memungkinkan China untuk mengimpor lebih banyak makanan dan membuka pasar-pasar itu kepada para petani Amerika, tetapi tentu saja saat kami menyaksikan wabah corona ini terus berlangsung di China, hal itu dapat berdampak pada seberapa besar pembelian produk pertanian AS di China, setidaknya pada tahun ini.

Perjanjian perdagangan Fase 1, yang ditandatangani pada 15 Januari lalu, menyerukan bahwa China akan melakukan peningkatan dalam pembelian komoditas pertanian AS sebesar $40 miliar selama dua tahun ke depan.

“Cina memainkan peran penting dalam rantai pasokan global dan sebagai akibatnya virus corona bisa mengganggu kegiatan itu semua. Tidak ada keraguan bahwa virus tersebut dapat berdampak pada ekonomi Amerika Serikat dan juga pada ekonomi dunia,” jelasnya.