JAVAFX – Bursa Asia terpantau melemah pada perdagangan saham di hari Kamis (16/7), terbebani oleh kekhawatiran tentang memburuknya hubungan antara AS-China dan biaya ekonomi dari kebangkitan infeksi virus korona yang mendorong beberapa pemerintah untuk menerapkan kembali langkah-langkah pengendalian.
Bahkan berita bahwa ekonomi China rebound lebih dari yang diharapkan pada kuartal kedua dari rekor kontraksi tidak cukup untuk menarik ekuitas regional keluar dari zona merah.
Pasar Eropa tampak akan mengikuti Asia lebih rendah, dengan Euro Stoxx 50 berjangka jatuh 0,83%, DAX Jerman berjangka turun 0,73% dan FTSE berjangka turun 0,53%.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,18%, sedangkan Indeks Nikkei 225 turun 0,74%.
Saham di China turun 1,59% dan saham Australia turun 0,9% setelah tingkat pengangguran negara itu melonjak ke level tertinggi sejak akhir 1990-an. Saham Hong Kong dan Seoul juga jatuh.
Risk appetite terpukul karena kekhawatiran tentang perselisihan yang luas antara Amerika Serikat dan Cina tentang kontrol teknologi maju dan perlindungan kebebasan sipil di Hong Kong.
Gelombang kedua infeksi virus corona juga memicu kembalinya pembatasan pada bisnis dan aktivitas pribadi yang mengancam menghambat pemulihan ekonomi.
Ekonomi Tiongkok (China) tumbuh 3,2% tahun ke tahun pada kuartal kedua tahun 2020, berbalik dari kontraksi 6,8% di kuartal pertama saat serangan virus Corona menghantam China.
Angka terbaru yang dirilis hari berada diatas perkiraan pasar yang memprediksi pertumbuhan 2,5%, Ketika Langkah-langkah penutupan berakhir dan pembuat kebijakan pemerintah meningkatkan upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi dari dampak pandemic virus corona.
Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua membuka harapan China untuk terhindar dari resesi ekonomi.
Sementara itu produksi industri Tiongkok juga tumbuh positif 4,8% atau naik dari periode sebelumnya 4,4% dan sesuai dengan perkiraan para analis.
Sekretaris Negara AS Mike Pompeo pada hari Rabu mengatakan Amerika Serikat akan memberlakukan pembatasan visa pada perusahaan Cina seperti Huawei Technologies Co Ltd yang ia tuduh memfasilitasi pelanggaran hak asasi manusia.
Pemerintahan Presiden Donald Trump juga diperkirakan akan mengambil tindakan dalam beberapa minggu mendatang untuk mengatasi risiko keamanan yang ditimbulkan oleh TikTok dan WeChat, dua aplikasi seluler China yang populer, kata seorang pejabat Gedung Putih. Langkah itu akan menjadi penyelamatan terbaru dalam perselisihan antara Washington dan Beijing yang telah membuat pasar gelisah.
Investor juga khawatir tentang lonjakan kasus coronavirus di Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.