Safe Haven Yen Masih Bertahan

0
125

JAVAFX – Safe Haven yen masih bertahan hingga perdagangan siang awal pekan ini dengan tetap dengan suasana politik di AS yang makin tidak kondusif dan merongrong kredibilitas Trump sebagai pemimpin negeri super power tersebut.

Mundurnya juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menambah deretan ketidakstabilan politik atau pemerintahan Presiden Donald Trump untuk kesekian kalinya sejak menjadi presiden AS di Januari lalu.

Belum selesai dengan skandal anaknya, Trump Jr, berlanjut dengan skandal terindikasinya Trump mendapatkan bisnis dengan Rusia dikala negoisasi pemenangannya di pilpres lalu serta RUU sanksi terhadap Rusia, Korea Utara dan Iran diikuti pula belum berhasilnya RUU kesehatan yang telah terkatung-katung cukup lama.

Belum tuntasnya agenda-agenda Trump yang diikuti skandal-skandalnya yang muncul, tentu memberikan ruang bagi yen untuk dijadikan tempat pengaman sesaat atau safe haven bagi perdagangan mata uang dunia.

Hal ini sebagai bentuk lanjutan bagi penguatan yen yang di sepanjang pekan lalu mata uang yen ini mengalami penguatan yang signifikan setelah BoJ masih mempertahankan negative interest policy-nya dalam jangka waktu yang akan panjang karena dalam meeting suku bunga kemarin BoJ memperkirakan bahwa 2020 adalah waktu untuk mengevaluasi suku bunga tersebut.

Aksi beli yen juga diikuti pada mata uang utama Asia lainnya seperti dolar Australia dan China yuan siang ini terkait juga dengan situasi di AS yang belum kondusif dimana sejenak investor melihat kembali melunturnya kredibilitas Trump sehingga investor untuk sementara semakin khawatir terhadap masa depan agenda ekonomi Trump lainnya.

USDJPY untuk sementara berada di level 110,99, AUDUSD untuk sementara berada di level 0,7923, USDCNY untuk sementara bergerak di level 6,7550.

Situasi safe haven yen yang tetap berlanjut diperlihatkan setelah Bank of Japan pekan lalu tidak merubah kebijakan suku bunga negatifnya dan tetap melaksanakan pembelian aset-asetnya kembali atau paket stimulus senilai kurang lebih ¥80 trilyun atau setara dengan $714 milyar.

BoJ memang sedang menyoroti lemahnya inflasi tahunan di Jepang dan masih jauh dari target bank sentral, namun hal ini memang tidak perlu dirisaukan banyak investor dimana fenomena inflasi yang rendah sedang melanda di seluruh bagian didunia ini.

Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso juga menyampaikan bahwa agenda fiskalnya kemungkinan besar akan dipertahankan di level surplus yang lebih menguat di tahun ini agar pertumbuhan ekonomi Jepang semakim menguat. Ini sebuah pertanda bahwa yen harus melemah perlahan-lahan dan suku bunga BoJ juga tidak akan cepat berubah

Seperti kita ketahui bahwa the Fed dan BoC yang sudah menaikkan suku bunganya, serta ECB yang semalam menyatakan bahwa dalam waktu dekat ECB akan berencana menaikkan suku bunganya, paling cepat September nanti.

Perihal suku bunga dunia sedikit dikesampingkan dolar Australia yang hari ini mengalami penguatannya. Semua terkait dengan wacana RBA yang akan menaikkan suku bunganya pasca penjelasan hasil rapat suku bunga minggu ini serasa bernada hawkish alias investor sangat yakin dengan penjelasan yang menyatakan ekonomi Australia akan nyaman dengan kondisi sekarang.

Namun deputi gubernur RBA Guy Debelle akhir pekan lalu menyatakan bahwa pasar jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa kenaikan suku bunga beberapa bank sentral dunia, seperti the Fed dan BoC serta akan ECB, lalu akan diikuti RBA. Debelle mengingatkan pasar bahwa hal tersebut tidak secara otomatis terjadi karena RBA sendiri melihat dengan kondisi suku bunga netral 1,5% masih belum mampu membangkitkan lebih jauh pertumbuhan ekonominya sekarang di 3,5%. Inilah yang dolar Aussie menguatnya juga terbatas.

 

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: Financial Express