Dolar AS tidak dapat berbuat banyak, dan harus ikhas tertahan tidak jauh dari level terendah tahun ini atas masih setianya para pelaku pasar terhadap Federal Reserve yang akan tetap teguh pada pengaturan kebijakan yang kendur menjelang data inflasi tahunan AS yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan tajam.
Para analis memperkirakan laju inflasi AS yang akan dirilis pada 7.30 WIB ini menunjukkan kenaikan 3,6%, didorong oleh penurunan pada April lalu. Sementara untuk inflasi bulanan diperkirakan hanya naik tipis 0,2%.
Data inflasi kali ini sangat mempengaruhi the Fed. Karena jika data inflasi cukup tinggi, maka the Fed menghadapi tekanan untuk menaikkan suku bunga. Kekhawatiran yang telah berkontribusi pada aksi jual saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga di pekan ini. Tetapi pasar mata uang telah ditenangkan oleh ‘janji surga’ yang berulang-ulang dari para juru bicara Fed dan dolar AS telah tertekan atas kenaikan mata uang komoditas.
Pada sesi kemarin, greenback menyentuh level terlemahnya dalam dua bulan terakhir terhadap euro menyusul survei pertumbuhan Eropa yang kuat, dan terpantau diperdagangkan tepat di atas level itu pada $1,2140 di awal perdagangan Asia. Yen sedikdit melemah terhadap dolar AS yang turun ke level 108,79 per dolar. Sterling masih cukup kuat bertahan pada kenaikan hang diperoleh baru-baru ini dan diperdagangkan pada level $1,4118.
Indeks dolar sedikit terbantu oleh sentimen dan diperdagangkan di level 90.278 atas tekanan jual yang masih bertahan di pasar saham. Namun, dolar AS saat ini hanya sedikit di atas level support utama di sekitar 89.677 dan 89.206.
Kenaikan mata uang komoditas terhenti sebelum menyentuh puncak yang akan menjadi tonggak sejarah. Dengan mata uang Aussie dan kiwi tergelincir sekitar 0,2% pada perdagangan pagi dan tepat di bawah puncak sepuluh minggu terakhir, sementara dolar Kanada, meski melemah, bertahan sedikit di bawah level tertinggi hampir empat tahun terakhir yang dicapai pada hari Selasa.
The Fed saat ini sangat berkomitmen terhadap kebijakan yang mudah. Ada sebuah pandangan yang diperkuat oleh komentar anggota The Fed baru-baru ini yang telah membuat Presiden Fed Dallas Robert Kaplan yang bulan lalu menyebutkan dukungan tapering terlihat seperti aneh.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard, pada hari Selasa memperkirakan inflasi dapat bertahan hingga 2,5% tahun depan. Sementara Gubernur Fed Lael Brainard isyaratkan bahwa dengan lemahnya data tenaga kerja pekan lalu membawa pemulihan akan melalui jalan jalan yang panjang.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS merangkak naik dengan fokus pada inflasi, tetapi imbal hasil riil tetap negatif dan di bawah tekanan.
Greenback juga harus menanggung beban atas membaiknya prospek pertumbuhan global. Kondisi ini cenderung membuat dana segar investor akan megalir ke pasar negara berkembang. Tak hanya itu, dengan perdagangan AS yang besar dan berkembang serta defisit neraca berjalan juga menghantarkan dolar ke luar negeri.