Rusia, Bukan China, yang Berusaha Pengaruhi Pemilu AS 2020

0
63

Pemerintah Rusia berusaha menuai “tuduhan yang membingungkan dan tidak berdasar” ke dalam kampanye kepresidenan Amerika pada 2020 dengan memperburuk citra Joe Biden lewat sekutu-sekutu mantan presiden Trump dan pemerintahannya.

Hal itu diungkapkan oleh beberapa pejabat intelijen Amerika, Selasa (16/3).

Kantor berita Reuters melaporkan kajian intelijen itu tertuang dalam laporan setebal 15 halaman mengenai campur tangan dalam pemilu yang diterbitkan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional.

Laporan itu menggarisbawahi tuduhan bahwa sekutu-sekutu Trump menyuarakan nada yang sama seperti Moskow sehingga tuduhan terhadap Biden oleh tokoh-tokoh Ukraina yang mempunya hubungan dengan Rusia makin kencang menjelang pemilu pada 3 November 2020.

Biden mengalahkan Trump dan mulai menjabat pada 20 Januari 2021.

Badan intelijen Amerika juga menemukan usaha-usaha lain untuk mengalihkan dukungan pemilih, termasuk “kampanye mempengaruhi secara rahasia melalui berbagai cara” oleh Iran yang bertujuan memperlemah dukungan terhadap Trump.

Namun, laporan itu juga menepis narasi yang didengungkan oleh beberapa sekutu Trump bahwa China berusaha mencampuri pemilu itu untuk memenangkan kubu Biden.

Laporan itu menyimpulkan, Beijing “tidak mengerahkan upaya campur tangan.” “China ingin menciptakan stabilitas terkait hubungannya dengan Amerika, dan tidak berpendapat bahwa hasil pemilihan itu akan menguntungkan China, sehingga negara itu tidak mau mengambil risiko dan tertangkap basah,” menurut kesimpulan laporan tersebut.

Pejabat intelijen Amerika juga memandang sejumlah upaya Kuba, Venezuela, dan kelompok militant Hizbullah yang berusaha mempengaruhi pemilihan, meskipun “pada umumnya, usaha itu dinilai lebih kecil dibandingkan upaya yang dilakukan Rusia dan Iran.” Badan-badan intelijen Amerika dan mantan Penyidik Khusus Robert Mueller sebelumnya sudah menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan 2016 untuk memenangkan Trump.

Rusia melancarkan kampanye yang ditujukan untuk merugikan pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.